10 Film Indonesia dengan Biaya Pembuatan Termahal

Film Indonesia pada saat ini mulai menjadi ladang bisnis yang menjanjikan, untuk sebagian besar produser-produser kelas atas film dijadikan sebagai industri paling komersil di dunia hiburan tanah air. Film Indonesia dibuat tidak hanya mengandalkan kehandalan aktor-aktornya dalam beradu akting tetapi juga diramu sedemikian rupa sehingga harus mengeluarkan biaya yang cukup fantastis bahkan bisa sampai puluhan milyar rupiah untuk menghasilkan sebuah film.

kematangan dari segi budget finansial yang fantastis akan direalisasikan dengan menghadirkan bintang-bintang kenamaan yang sedang naik daun atau dengan pemilihan lokasi yang jauh, selain untuk menjadikan film tersebut semakin baik dari segi sinematografi biaya yang tinggi sering juga dikeluarkan untuk ajang promosi sana-sini. Dan berikut merupakan beberapa film produksi dalam negri yang diproduksi dengan biaya pembuatan termahal.

Artikel terkait:

  1. Dibawah Lindungan Ka’bah (25 Milyar Rupiah)

Dengan kesuksesan film pendahulunya yaitu film Ayat ayat cinta maka semakin banyak lahir film-film bergenre religi romantis. Salah satunya yang diharapkan bisa mengulangi kesuksesan yang sama adalah film Di Bawah Lindungan Ka’bah. Secara materi, ceritanya berkualitas karena disadur dari karya Buya Hamka. Film ini diadaptasi langsung dari novel kenamaan dengan judul yang sama.

Bintangnya pun adalah bintang film yang cukup dikenal. Film Dibawah Lindungan Ka’bah diperankan oleh aktor kawakan Herjunot Ali dan juga Laudya C.Bella.  Film ini menelan biaya yang cukup besar karena harus menciptakan banyak efek-efek CGI. Tak hanya itu saja, lokasi pengambilannya juga harus dibuat senatural mungkin seperti cerita aslinya yakni di tahun 1920-an, akan tetapi Budget 25 miliar yang dikeluarkan sayangnya tetap tidak sebanding dengan penonton yang datang ke bioskop. Pendapatannya diperkirakan hanya sekitar 8 miliaran. dengan dana yang begitu mahal tentu saja film ini mengalami kerugian yang besar.

  1. Pendekar Tongkat Emas (25 Milyar Rupiah)

Film bertema kolosal ini dibintangi oleh bintang-bintang papan atas seperti Christine Hakim, Reza Rahadian dan Nicholas Saputra, Tara basro dan Eva Celia yang merupakan kumpulan aktor indonesia yang paling berpengaruh saat ini, sutra daranya pun keren. Tak hanya itu saja, syutingnya sendiri mengambil lokasi khusus di Sumba Timur dengan pemilihan lokasi yang sangat mengekplorasi keindahan lokasi eksotik Indonesia untuk memaksimalkan ceritanya. Biaya yang dikeluarkan adalah 25 milyar. Dengan biaya yang sangat besar dan promosi yang cukup gencar sayang sekali film besutan Miles Film ini kurang menarik minat para penikmat film untuk berbondong-bondong pergi ke bioskop, mungkin karena genre bertema kolosal masih kurang disukai oleh penikmat film di Indonesia.

Artikel terkait: Seni sastra sumbawa

  1. Apa Artinya Cinta (30 MilyarRupiah)

film romantis yang berjudul Apa Artinya Cinta. Dengan Samuel Rizal dan Shandy Aulia sebagai pemeran utama seakan diharapkan menuai kesuksesan serupa film sebelumnya dari pasangan Sammy-Sandhy, film ini berlokasi syuting di San Fransisco – Amerika Serikat. masuk akal jika film ini menelan biaya penggarapan yang cukup besar untuk kategori film yang bertema percintaan remaja yaitu seharga 30 milyar rupiah. Film yang menceritakan kehidupan percintaan remaja ini digarap sangat serius sehingga membutuhkan budget yang tinggi.

Ketenaran kedua bintang utama dan pemilihan lokasi syuting dagadang-gadang menjadi alasan film ini memakan biaya yang sangat fantastis, belum lagi untuk beberapa perizinan pengambilan gambar dibeberapa tempat di San Fransisco – Amerika Serikat tentu mengantongi biaya yang sangat tinggi dan perzinan yang rumit.

  1. Ketika Cinta Bertasbih 2 (40 Milyar Rupiah)

Film yang dibintangi oleh Kholidi Asadil Alam sebagai Azam, Oki Setiana Dewi Sebagai Anna Afhatunnisa, Meyda Sefira, Alice Norin, Dude Herlino, Asmirandah hingga aktor kawakan Deddy Mizwar menjadi bintang dalam film yang menggunakan dua bahasa yaitu bahasa Indonesia dan Arab ini. Film ini juga menelan biaya produksi yang tidak sedikit. Dikabarkan film ini menghabiskan biaya hingga 40 Milyar Rupiah, sebuah angka yang sangat fantastis untuk pembuatan film dalam negri yang diangkat dari sebuah novel.

Film yang merupakan kelanjutan dari Ketika Cinta Bertasbih yang dibuat berdasarkan novel fenomenal karya Habiburahman El Sirazy ini menceritakan tentang kehidupan religius dari masyarakat Indonesia, tentang beberapa anak Indonesia berprestasi yang mendapat kesempatan belajar hingga ke negara mesir dan lika liku pencarian jodoh yang baik dan benar sesuai hukum islam.

Selain dibintangi oleh aktor-aktor pendatang baru yang berbakat dan aktor kawakan lainnya, pengambilan setting lokasi di mesir tentu saja memakan biaya yang sangat tinggi, tidak heran jika film ini menjadi salah satu film dengan biaya termahal di Indonesia.

Artikel terkait: Film religi terbaik

  1. The Raid 2: Berandal (54 Milyar Rupiah)

Sukses dengan The Raid pertama, sutradara Gareth Evans kembali dengan film keduanya yang tidak kalah bagusdari film pendahulunya dengan efek-efek canggih dan pemeran yang mendukung filmnya. Biaya pembuatan film The Raid 2 mencapai Rp 54 miliar. Salah satu penyebabnya adalah jadwal syuting yang tidak sesuai dengan rencana, film yang rencanaya akan selesai tiga bulan penggarapan meleset hingga butuh waktu syuting 123 hari.

Film yang dibintangi oleh Iko Uwais ini mengeluarkan biaya hingga 54 Milyar Rupiah dan jauh lebih tinggi dibandingkan biaya film sebelumnya. Film Indonesia bergenre action ini sangat menarik perhatian para penikmat dan sineas film dan merupakan film Indonesia terbaik, dengan membalut seni bela diri lokal yaitu silat, Iko Uwais dan teman-teman berasil menyajikan karya berkelas internasional.

Film ini ditayangkan di Amerika Serikat pada tanggal 28 Maret 2014 lalu dan beberapa festival film internasional dengan sambutan yang sangat baik. pada minggu perdana penayanganya di Amerika Serikat The raid 2 mampu meraup penghasilan sebesar $ 165,292 dan  juga mendapatkan Best Movie Of The Year di ajang bergengsi tanah air yaitu Indonesian Choice Awards tahun 2014.

  1. Gunung Emas Almayer (60 Milyar Rupiah)

Gunung Emas Almayer merupakan satu lagi proyek ambisius dari produser film Trilogi Merdeka. film yang kurang familiar ditelinga masyarakat Indonesia ini tidak digarap sendirian, sebagai partner media Indonesia menggaet perusahaan Malaysia untuk patungan dana. Proyek lintas negara ini disutradarai oleh U-Wei Bin Haji Saari, dengan aktor dan aktris dari tiga negara, dari Australia (Peter O’Brien), dari Malaysia (Sofia Jane, Adi Putra, Diana Danielle), dan dari Indonesia (Alex Komang, El Manik, Rahayu Saraswati).

Mahalnya biaya produksi film ini dikarenakan latar tempat dan kostum disetting sedemikian rupa menyerupai kehidupan di sekitar hutan Malaka pada tahun 1830. Serta membuat gambaran pemukiman di pinggir sungai dengan perahu yang lalu lalang sebagai transportasi.

Walaupun film ini ditayangkan di bioskop Indonesia akan tetapi animo masyarakat masih kurang tertarik, film yang sampai saat ini jarang terdengar oleh masyarakat Indonesia mencapai biaya berjumlah 60 milyar rupiah dengan target penonton 1,5 juta ternyata tidak sesuai harapan.

Artikel terkait:

  1. Trilogi Merdeka (64 Milyar Rupiah)

Film ini di latar belakangi oleh rasa nasionalisme dan cinta negara yang ditunjukkan oleh sang Sutradara, Yadi Sugandi. Dengan mengusung semboyan “untuk merdeka mereka bersatu” film yang mengangkat tema perjuangan sebelum dan sesudah kemerdekaan  Negara Indonesia. Film ini juga dibintangi oleh artis-artis papan atas Indonesia seperti Darius Sinathrya, Lukman Sardi, Donny Alamsyah dan Rahayu Saraswati, film ini menelan biaya sampai angka 64 Milyar Rupiah.

film perang paling ambisius yang pernah dibuat di Indonesia dengan efek-efek ledakan terbanyak. Sebuah trilogi perjuangan kemerdekaan yang konon kabarnya menghabiskan 64 miliar rupiah. budget yang berjumlah puluhan milyar tersebut dihabiskan untuk membuat spesial efek yang dilakukan oleh tim ahli efek spesial dan ahli teknis film dengan pengalaman dalam pembuatan film Hollywood, serta kegiatan promosi ke sejumlah negara di luar negeri yang memakan dana tidak sedikit.

Dengan biaya yang selangit dan dukungan pekerja Hollywood, trilogi ini  nyampe 1 juta penonton. Film pertama Merah Putih tembus 611.572 penonton, film kedua Darah Garuda cuma 407.426, sedangkan Hati Merdeka gak sampe 400 ribuan malah. Jelas proyek ini menjadi sangat merugikan.

  1. Street Society (18 Milyar Rupiah)

Film bertema balap-balapan ini bisa dibilang cukup seru dan punya twist atau kesan mendalam bagi penikmatnya. Untuk mencapainya, pembuat film ini tidak tanggung-tanggung menggelontorkan uang berjumalah milyaran rupiah. Total 18 miliar keluar. sebagian besar mahalnya biaya dari film ini dikeluarkan untuk biaya pemakaian mobil, akan tetapi premis yang menarik, bintang film yang terkenal dan mobil yang mengkilap gak menjadikan film ini berhasil. Film ini tetep gak masuk 10 besar film terlaris.

9. Guardian (17 Milyar Rupiah)

Guardian adalah salah satu film Indonesia tahun 2014 termahal yang diproduksi oleh Skylar Picture dan disutradarai oleh Helfi Kardit. Film ini menceritakan tentang pembunuhan seorang kepala keluarga, dan pada akhirnya istri dan anaknya inginmembalas dendam pada sang pembunuh ayah dan suaminya tersebut. Film ini menghabiskan dana lebih dari 17 milyar rupiah untuk membiayai segala adegan adegan tembak menembak, tabrakan antar mobil, tabrakan mobil masal, yang diperkirakan menghabiskan kerusakan pada 20 unit mobil.

Film yang dibintangi aktor dan aktris terkenal seperti Dominique Diyose, Sarah Carter, Nino Fernandes, Belinda Camesi, serta aktor senior Tyo Pakusadewo ini memiliki aksi-aksi menegangkan yang memacu adrenalin.

10. Jokowi (15 Milyar rupiah)

Film keluaran tahun 2013 yang menvceritakan tentang kehidupan masa muda presiden Joko widodo sampai akhirnya meraih kesuksesan ini menghabiskan biaya sekitar 15 milyar rupiah. mahalnya biaya pembuatan film ini terletak pada banyaknya pemain pendukung sebagai figuran yang memerankan penduduk kampung dan suasana perkotaan solo yang dirubah secara visual menjadi setting kota solo pada masa lalu. Film ini diperankan oleh Teuku Rifnu Wikana sebagai Jokowi dan Prisia Nasution sebagai Iriana.