Kebudayaan Suku Batak Paling Fenomenal

Orang mungkin mengenal suku Batak sebagai salah satu suku yang memiliki adat keras. Keras disini maksudnya dari segi gaya bicara yang selalu menggunakan suara keras seperti orang yang tengah marah, serta juga gaya bicara yang ceplas-ceplos. Di berbagai wilayah kota besar, orang Batak banyak berprofesi sebagai pengacara. Sebut saja pengacara handal Hotman Paris, atau Ruhut Sitompul, atau yang selainnya. Adat yang dikenal keras atau profesi yang kebanyakan menjadi pengacara ini apakah menjadi salah satu kebudayaan suku Batak yang sudah turun temurun? Bisa iya, bisa juga tidak.

Oleh sebab itu, untuk mengetahui karakter kebudayaan suku Batak yang sebenarnya, perlu digali beberapa bentuk indikator kebudayaan yang menjadi ciri khas masyarakat Batak. Seperti pada kebudayaan Suku Jawa yang terdapat beberapa sub suku dimana antara Suku Jawa di Jawa Timur dan Jawa Tengah memiliki ciri khasnya sendiri-sendiri, suku Batak juga demikian. Suku Batak memiliki beberapa Sub Suku yaitu, Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun dan beberapa lagi. Untuk lebih lengkapnya simak informasinya berikut ini.

Sejarah

Sejarah dari kebudayaan suku batak yaitu sebagai berikut ini, Kerajaan batak telah didirikan oleh seseorang raja yang berasal dari dalam negeri Toba Sila-silahi (Silalahi) lau’ Baligi (Luat Balige), yang berada di kampung Parsoluhan, suku Pohan. Raja tersebut yang langsung bersangkutan adalah RajaKesaktian. Raja kesaktian ini bernama Alang Pardoksi atau yang sering di panggil sebagai Pardosi.

Pada masa kejayaan maka kerajaan batak telah di pimpin oleh raja juga. Raja yang memimpin bernama Sultan Mahara Bongsu, beliau memimpin pada tahun 1054 Hujriyah dan beliau juga yang sudah membuat makmur negerinya dan beliau adalah seseorang yang memiliki kebijakan dalam politik nya.

Lokasi

Kebudayaan suku batak berasal dari Pulau Sumatra Utara. Daerah ini merupakan daerah yang berasal dari kediaman orang batak yang sudah di kenal dengan :

  • Daratan Tinggi Karo
  • Kangkat Hulu
  • Deli Hulu
  • Serdang Hulu
  • Simalungun
  • Toba
  • Mandailinh
  • Tapanuli Tengah

Sehingga daerah suku batak ini bisa di lalui dengan rangkaian Bukit Barisan yang berada di daerah Sumatra Utara. Di sini juga terdapat suatu danau yang memiliki ukuran yang besar dan danau ini sering di sebut dengan sebutan danau Toba. Jika di lihat dari wilayah administrative nya maka mereka akan mendiami wilayah yang beberapa kabupaten sebagian dari wilayah Sumatra Utara. Wilayah nya yaitu sebagai berikut ini :

  • Kabupaten Karo
  • Simalungun
  • Dairi
  • Tapanuli Utara
  • Asahan

Filosofis Hidup

Suku Batak memiliki beberapa nilai-nilai adat budaya yang mencerminkan kepribadian hidup. Selain sebagai nilai yang menjadi sebuah keyakinan pribadi, nilai budaya ini juga tercermin dalam kehidupan sosial masyarakat Batak, diantaranya adalah sebagai berikut :

  • Hagabeon : Nilai budaya yang mencerminkan keinginan untuk kebaikan hidup sepertu untuk panjang umur, beranak, bercucu banyak, dan segala hal lain yang baik-baik.
  • Hamoraan : Nilai budaya kehormataan bagi suku Batak yang mencerminkan keseimbangan pada aspek spiritual dan material.
  • Uhum dan Ugari : Uhum adalah sebuah nilai budaya yang mencerminkan kesungguhan orang Batak untuk menegakkan keadilan. Sedangkan ugari, mencerminkan kesetiaan dan kesungguhan orang Batak terhadap sebuah komitmen janji.
  • Pengayoman : Pengayoman merupakan sebuah nilai adat untuk mengayomi masyarakat. Dalam strata sosial suku Batak, pengayoman menjadi tugas yang harus diemban oleh tiga unsur Dalihan Na Tolu.
  • Marsisarian : Sebuah nilai budaya antar orang suku Batak untuk saling mengerti, menghargai, dan juga saling membantu terhadap sesama.
  • Perlambangan cicak : Cicak merupakan lambang bagi orang Batak. Maknanya adalah bahwa kehidupan orang Batak itu seperti kehidupan cicak. Cicak bisa hidup dimana-mana dan memiliki kemampuan hidup yang baik. Sebagai suku Batak harus mampu beradaptasi dengan berbagai kehidupan dan harus bisa bertahan dalam berbagai masalah hidup.

Baca juga filosofis hidup suku lain : Kebudayaan suku Jawa, Kebudayaan suku Minangkabau

Sub Suku Batak

Meskipun terlihat sama, suku Batak sebenarnya terdiri dari beberapa etnis atau sub suku. Masing-masing etnis memiliki ciri yang khas yang berbeda, khususnya pada dialek bahasa yang digunakan. Beberapa etnis Batak yang dikategorikan sebagai suku Batak, diantaranya :

  • Batak Toba

Etnis suku Batak Toba merupakan etnis Batak yang mendiami wilayah kabupaten Toba Samosir. Salah satu ciri khas Batak Toba bisa dikenali dari marga yang senantiasa melekat pada nama orang suku Batak. Marga-marga yang merupakan etnis Batak Toba adalah Hutabarat, Panggabean, Simorangkir, Hutagalung, Hutapea, dan Lumbantobing. Keenam marga tersebut merupakan keturunan dari Guru Mangaloksa yang merupakan salah satu anak dari Raja Hasibuan yang mendiami wilayah Toba.

Selain itu, ada juga marga Nasution dan Siahaan yang berada di wilayah Padang Sidempuan yang masih merupakan saudara karena berasal dari leluhur yang sama. Kedua marga tersebut meskipun tidak merujuk kepada keturunan Guru Mangaloksa namun masuk ke dalam etnis Batak Toba.

  • Batak Simalungun

Etnis Simalungun mendiami wilayah kabupaten Simalungun. Marga asli etnis Simalungun adalah Damanik, Purba, Saragih, dan Sinaga. Keempat marga tersebut merujuk kepada keturunan raja penguasa Simalungun pada jaman dahulu. Meskipun demikian, terdapat juga masyarakat Batak Simalungun yang tidak berketurunan langsung dengan 4 marga tersebut namun karena sudah lama mendiami wilayah Simalungun, mereka masuk menjadi bagian dari 4 sub marga tersebut.

Batak simalungun berada di wilayah perbatasan antara Batak Karo dengan Batak Toba. Oleh sebab itu, bahasa yang digunakan oleh etnis simalungun merupakan perpaduan dari Batak Toba dengan Batak Karo.

  • Batak Karo

Etnis Batak Karo merupakan masyarakat suku Batak yang mendiami wilayah dataran tinggi Karo. Batak karo memiliki bahasa tersendiri yang disebut Cakap Karo. Orang Batak Karo memiliki kepercayaan bahwa mereka sebenarnya bukan kesatuan kekerabatan dengan Suku Batak. Melainkan etnis Karo adalah suku tersendiri.

Penyebutan suku Batak dinisbatkan kepada keturunan Raja Batak yang kerajaannya menguasai wilayah sekitar Batak-Toba. Pada dasarnya etnis Karo tidak mau disebut Batak karena masyarakat Karo sudah ada jauh sebelum Raja Batak ada.  Namun bila disandarkan pada wilayah atau geografis orang karo bisa dikategorisasikan sebagai bagian dari Batak.

  • Batak Pakpak

Suku Batak pakpak banyak mendiami wilayah sumatera utara yang berbatasan lanngsung dengan Aceh, dan sebagian juga berada dalam wilayah Aceh (baca juga : kebudayaan suku Aceh yang menarik). Sebagaimana masyarakat Karo, Batak pakpak juga memiliki dialek bahasanya tersendiri. Bahasa Batak Pakpak disebut sebagai bahasa Dairi.

Suku Batak pakpak kaya akan jenis marga. Beberapa diantaranya seperti Anak Ampun, Angkat, Bako, Bancin, Banurea, Berampu, Berasa, Berutu, Bintang, Boang Manalu, Capah Cehun, Cibro, Cibero Penarik, Gajah, Gajah Manik, Goci, Kaloko, Kabeaken, Kesogihen, Kombih, Kudadiri, Kulelo, Lembeng, Lingga, Maha, Maharaja, Manik, Manik Sikettaang, Manjerang, Matanari, Meka, Mucut, Mungkur, Munte, Padang, Padang Batanghari, Pasi, Pinayungen, Simbacang, Simbello, Simeratah, Sinamo, Sirimo Keling, Solin, Sitakar, Sagala, Sambo, Saraan, Sidabang, Sikettang, Simaibang, Tendang, Tinambunan, Tinendung, Tinjoan, Tumangger, Turuten, Ujung.

  • Suku Batak Mandailing/Angkola

Etnis Batak Mandailing mendiami wilayah Mandailing-Natal. Namun persebarannya sendiri juga meliputi beberapa wilayah seperti di kabupaten Padang Lawas, kabupaten Padang Lawas Utara, dan sebagian kabupaten Tapanuli Selatan yang berada di provinsi Sumatera Utara. Beberapa budaya Batak Mandailing merupakan serapan dari budaya Minangkabau.

Oleh sebab itu, seringkali etnis Batak Mandailing ini sempat diklaim merupakan bagian dari suku Minangkabau. Namun dilihat dari sebagian besar adat kebudayaannya, etnis Batak Mandailing masih lebih dekat dengan kebudayaan suku Batak dibandingkan dengan kebudayaan suku Minangkabau.

Sedangkan dari nama marga, beberapa dari Batak Mandailing menganut sistem marga matrilineal. Beberapa marga Batak Mandailing seperti, Lubis, Nasution, Harahap, Pulungan, Batubara, Parinduri, Lintang, Hasibuan, Rambe, Dalimunthe, Rangkuti, Tanjung, Mardia, Daulay, Matondang dan Hutasuhut.

Adat Menikah

Dalam melaksanakan pernikahan, orang suku Batak menganut sistem sosial kemargaan. Marga merupakan hal penting bagi suku Batak yang menjadi acuan dasar di dalam menetapkan calon pasangan yang ingin dinikahi. Beberapa aturan dasar dalam konsep pernikahan kebudayaan suku Batak adalah :

  • Larangan Satu Marga

Suku Batak memiliki tradisi pernikahan bahwa seseorang yang akan menikah maka pasangan calonnya harus berasal dari marga yang berbeda. Bila seorang suku Batak ingin menikahi orang dari luar suku Batak, maka pasangan yang berasal dari luar suku Batak tersebut harus diadopsi terlebih dahulu oleh salah satu marga Batak yang berbeda. Larangan ini berkaitan dengan kekerabatan marga, setiap suku Batak yang berada dalam satu marga masih menganggap satu bagian keluarga Besar, sehingga tidak boleh untuk melangsungkan pernikahan dengan saudara.

  • Pariban

Suku Batak memiliki konsep perjodohan yang disebut pariban. Pariban maknanya adalah sepupu. Orang suku Batak dibolehkan untuk menikahi paribannya bila mereka sama-sama mau. Sepupu disini, maknanya bukanlah sembarang sepupu. Sepupu yang dimaksud adalah, misalkan untuk perempuan, maka bisa menikah dengan anak laki-laki dari adik perempuan ayah. Sedangkan kalau laki-laki,maka bisa menikah dengan anak perempuan dari adik laki-laki ibu.

  • Tuhor

Tuhor artinya adalah uang untuk membeli perempuan ketika ada laki-laki yang ingin melamar. Konsep Tuhor hampir sama dengan konsep Panaik pada adat Makassar. Uang Tuhor yang diberikan oleh laki-laki untuk membeli pasangan perempuan dari keluarganya ini, nantinya akan digunakan sebagai biaya pernikahan. Penggunaan uang Tuhor adalah sesuai dengan kesepakatan antara keluarga laki-laki dan keluarga perempuan.

Biasanya, besaran Tuhor ini tergantung dari tingkat pendidikan si perempuan. Bila tingkat pendidikannya tinggi, biasanya pihak keluarga perempuan akan meminta harga Tuhor yang juga tinggi. Adat ini masih berlaku bagi sebagian orang Batak. Namun, bagi orang Batak yang memiliki cara berpikir yang sudah moderat, biasanya tidak terlalu mempermasalahkan tuhor ini.

Baca juga adat pernikahan suku lain : Kebudayaan suku Banjar, Kebudayaan suku Dayak

Martarombo

Orang suku batak, sangat menjunjung tinggi kekerabatan yang berasal dari marga. Oleh sebab itu, dalam salah satu tradisi suku Batak terdapat yang namanya “Martarombo”. Martarombo adalah mencari-cari hubungan saudara satu dengan yang lainnya. Bila dua orang Batak dengan marga yang sama saling bertemu, mereka biasanya akan saling mencari titik kekerabatan yang menghubungkan persaudaraan mereka. Bagi orang Batak yang tidak mengenali silsilah kemargaannya sendiri maka akan disebut sebagai “Nalilu’, yang artinya orang Batak kesasar.

Oleh sebab itu, orang Batak diwajibkan untuk mengetahui silsilah minimal nenek moyang yang menurunkan marganya atau ‘dongan tubu’ (teman semarganya). Hal ini diperlukan agar seseorang tidak kehilangan kekerabatan (partuturanna) dalam suatu marga. Ketidaktahuan ini akan bisa mengakibatkan ia bisa jauh dari orang lain yang semarga.

Ucapan Salam

Orang suku Batak senantiasa dikenal dengan sapaan salam “Horas” nya. Namun sebenarnya, sapaan salam pada masing-masing etnis Batak ternyata tidak sama satu sama lain.

  1. Etnis Pakpak : “Njuah-juah Mo Banta Karina!”
  2. Etnis Karo : “Mejuah-juah Kita Krina!”
  3. Etnis Toba : “Horas Jala Gabe Ma Di Hita Saluhutna!”
  4. Etnis Simalungun : “Horas banta Haganupan, Salam Habonaran Do Bona!”
  5. Etnis Mandailing dan Angkola : “Horas Tondi Madingin Pir Ma Tondi Matogu, Sayur Matua Bulung!”

Meskipun terlihat berbeda, namun pada dasarnya secara makna hampir sama. Secara arti kurang lebih adalah saling mendo’akan untuk sehat selalu atau kurang lebih  artinya “kiranya kita semua dalam keadaan selamat dan sejahtera”. Ucapan salam ini biasa diucapkan dengan lantang dan keras, tujuannya untuk menunjukkan kesungguhan sekaligus rasa senang dan mempererat rasa kekeluargaan.

Bagi suku Batak, mengungkapkan salam merupakan suatu keharusan karena menunjukkan rasa saling menghormati satu sama lain. Dengan ucapan salam, maka setiap perjumpaan akan menjadi perjumpaan kekerabatan yang cair dan nyaman untuk saling mengungkapkan maksud pertemuan satu sama lain.

Baca juga adat sosial suku lain : Kebudayaan suku Madura yang Unik, Kebudayaan suku baduy

Adat Mangulosi

Mangulosi adalah adat tradisi memberikan kain ulos (kain tenun khas Batak) kepada seseorang. Tradisi ini lazimnya selalu dilaksanakan pada upacara pernikahan. Tidak sembarang orang bisa melaksanakan adat mangulosi. Hanya mereka yang disebut sebagai hula-hula yakni orang-orang yang dituakan dalam suku Batak yang bisa memberikan ulos pada tradisi mangulosi. Baik yang memberikan kain ulos maupun yang menerimanya haruslah sama-sama mengerti makna pemberian kain ulos tersebut.

Bagi orang suku Batak, kain ulos sendiri memiliki makna yaitu memberikan perlindungan dari segala keadaan yang dipercayai oleh orang Suku Batak. Sehingga, makna mangulosi adalah simbol pemberian berkat dan perlindungan. Oleh sebab itu mangulosi hanya bisa diberikan oleh mereka yang tua kepada mereka yang muda.

Selain itu, warna dasar pada kain ulos sendiri memiliki arti yang berbeda-beda. Kain ulos memiliki tiga warna dasar yakni merah, putih, dan hitam. Ketiga warna ini menunjukkan status sosial pemakainya, yakni :

  1. Warna merah, digunakan hanya oleh keluarga dengan marga yang sama.
  2. Warna putih, hanya digunakan oleh pihak boru, pihak keluarga suami.
  3. Warna hitam, hanya digunakan oleh pihak keluarga wanita.

Pelajari makna adat tradisi pada artikel : unsur-unsur kebudayaan, karakteristik kebudayaan

Berikut adalah kebudayaan suku batak yang berbeda dengan kebudayaan suku yang lain nya. kebudayaan suku batak yang memiliki ciri khas tersendiri jika di bandingkan dengan kebudayaan yang lainnya. Sehingga dengan adanya artikel ini anda bisa membedakan kebudayaan suku batak dengan kebudayaan yang lainnya.

[accordion]
[toggle title=”artikel seni lainnya”]

[/toggle]
[/accordion]