10 Unsur-Unsur Seni Sastra – Jenis-Jenis dan Fungsinya

Apabila kita mengenal seni drama sebagai seni yang disajikan dengan bentuk dialog dan gerakan dari sebuah naskah yang dipentaskan di atas panggung (baca juga: Unsur pementasan drama yang wajib) Maka seni sastra sendiri merupakan suatu karya seni yang menggunakan bahasa sebagai medianya. Berbeda dengan kesenian lain semisal drama dan teater yang menggabungakan bahasa (naskah) dan pertujukan (baca juga: Fungsi seni teater) , seni sastra diciptakan oleh  seorang pengarang menjadi semacam kegiatan estetis yang dipersembahkan kepada seseorang untuk sekedar diamati dan dinikmati. karena pada dasarnya seni sastra mengungkapkan tentang kehidupan yang menyeluruh secara lahir dan batin.

Dalam sebuah seni, biasanya ada beberapa unsur-unsur yang membangun agar sebuah karya dapat dihasilkan secara maksimal dengan kombinasi unsur-unsur yang dimilikinya. Begitu pula dengan seni sastra, dalam seni sastra ada dua unsur utama yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. berikut merupakan penjelasan dari unsur-unsur yang membangun seni sastra:

Artikel terkait:

1. Unsur Instrinsik Seni Sastra

Unsur instrinsik dalam seni satra adalah unsur yang mempengaruhi sebuah seni yang terdapat didalam seni itu sendiri, unsur instrinsik seni sastra meliputi:

a. Tema

Tema merupakan pokok persoalan dalam cerita. Setiap cerita selalu memiliki tema yang membungkus sebuah cerita walaupun cerita tersebut sangat panjang, harus selalu ada pokok utama yang menjadi garis penghubung di sepanjang cerita.

b. Amanat

Amanat merupakan pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada para pembacanya. Pesan dalam karya satra bisa berupa kritik, harapan, usul, nilai kehidupan, motivasi, dan lain-lain.

c. Karakter/perwatakan

Karakter merupakan tokoh dalam cerita. Dalam karya sastra yang menjadi tokoh tidak hanya dari kalangan manusia karakter dapat juga berupa tumbuhan, hewan, dan benda. Karakter dapat digolongkan menjadi:

  • Tokoh utama, yaitu tokoh yang menjadi sorotan utama dalam tema suatu cerita, biasanya tokoh utama memegang banyak peranan dalam cerita.
  • Tokoh pembantu, Tokoh yang mendampingi tokoh utama
  • Protagonis, Protagonis adalah penggolongan tokoh berdasarkan karakter baik, tokoh protagonis adalah tokoh yang mengangkat tema dalam sebuah cerita.
  • Antagonis, karakter yang berlawanan dengan protagonis dan biasanya karakter ini tidak mengalami perubahan atau cara pandang dari awal sampai akhir cerita.
  • Tokoh Dinamis (Round/dynamic character), karakter ini biasanya mengalami perubahan kepribadian dan cara pandang, karakter juga dibuat semirip mungkin dengan manusia sesungguhnya, terdiri atas sifat dan kepribadian yang kompleks.
  • Tokoh Statis, (Flat/statics character), yaitu merupakan karakter yang tidak mengalami suatu perubahan kepribadian atau cara pandang dari awal hingga akhir cerita.

Cara penulis dalam menggambarkan karakter memiliki banyak pengembangan sesuai dengan gaya berceritanya dalam berkarya, akan tetapi secara karakteristik dapat ditinjau melalui dua cara yaitu secara naratif dan dramatik. teknik naratif merupakan bentuk penggambaran tokoh melalui penulisan langsung oleh penulis atau narator. Sedangkan teknik dramatik dipakai ketika karakterisasi tokoh terlihat dari penampilan fisik karakter, cara berpakaian, kata-kata yang diucapkan, dialog dengan karakter lain, ataupun pendapat karakter lain.

d. Konflik

Konflik merupakan pergumulan yang dialami oleh karakter dalam cerita, konflik adalah inti dari sebuah karya sastra yang nantinya akan berkembang membentuk plot. Dalam karya sastra ada empat macam konflik yang dibagi dalam dua garis besar:

  • Konflik Internal

Individu-Diri sendiri, konflik semacam ini tidak akan melibatkan tokoh lain, ditandai dengan adanya gejolak yang timbul dari diri salah satu tokoh mengenai beberapa hal, misalnya seperti nilai-nilai. kekuatan karakter akan terlihat dari usahanya dapat mengahadapi konflik tersebut.

  • Konflik Eksternal

Individu-Individu, merupakan konflik yang dialami antar tokoh. Individu-Alam, konflik yang trejadi antara seorang tokoh dengan alam. konflik ini menggambarkan perjuangan seorang tokoh dalam usahanya untuk mempertahankan diri dengan keadaan lingkungan. Sedangkan, individu-Lingkungan/masyarakat adalah konflik yang dialami oleh seorang tokoh dengan sosial, masyarakat ataupun lingkungan.

e. Setting/ latar

Setting atau biasa kita sebut latar dalam cerita adalah keterangan tempat, waktu dan suasana. Latar menggambarkan keadaan di daerah mana cerita tersebut berlangsung, pada masa kapan cerita tersebut, dan bagaimana keadaan atau suasana yang ada dalam ceritas sehingga pembaca dapat menghidupkan imajinasi melalui keterangan latar.

f. Plot/ Alur

Plot adalah jalan cerita dari awal sampai akhir. Sering juga diartikan sebagai rangkaian cerita yang disusun secara runtut. Alur cerita bisa maju ataupun menggunakan plot mundur (flash Back), Alur cerita biasanya dibangun oleh perkenalan, pertikaian, klimaks, peleraian, dan akhir cerita. berikut dijelaskan mengenai tahapan alur:

  • Eksposisi, penjelasan awal mengenai karakter dan latar (bagian cerita yang dimulai memunculkan konflik/permasalahan)
  • Klimaks, puncak konflik/ ketegangan
  • Falling action, penyelesaian

g. Simbol

Simbol dalam karya sastra digunakan untuk mewakili sesuatu yang abstrak, contohnya adalah penggunaan ikon burung gagak sebagai simbol kematian, simbol biasanya akan melekat pada suatu cerita sehingga bisa juga diartikan sebagai pengembangan dari tema.

f. Sudut Pandang

Ada beberapa sudut pandang yang digunakan oleh penulis dalam menyampaikan ceritanya:

  • Orang pertama, penulis berlaku sebagai kerakter utama dalam cerita, ditandai dengan penggunakaan kata “aku” atau “saya”, penggunaan teknik ini membuat pembaca tidak mengetahui segala hal yang tidak diungkapkan oleh seorang narator.
  • Orang kedua, teknik yang banyak menggunakan kata “kamu”, teknik ini jarang dipakai karena memaksa pembaca untuk mampu berperan serta dalam cerita.
  • Orang ketiga, cerita dikisahkan menjadi kata ganti orang ketiga, seperti misalnya ditandai dengan penggunaan kata “mereka”, “dia”.

i. Teknik Penggunaan Bahasa

Dalam menuangkan gagasanya dalam bercerita, seorang penulis biasa memilih kata-kata yang dipakainya dengan sedemikian rupa sehingga ide atau pesannya sampai kepada pembaca. Penggunaan bahasa juga dapat menjadi ciri khas atau karakteristik dari seorang penulis, misalnya dengan gaya penyampaian yang hiperbola, penggunaan majas, idiom, peribahasa, logat, bahasa daerah, dan lain-lain. Biasanya seorang penulis juga sering penyampaikan pesan kebudayaan asal melalui cerita yang ditulisnya.

Artikel Terkait:

2. Unsur Ekstrinsik

Selain unsur intrinsik, dalam seni sastra memiliki unsur ekstrinsik yang merupakan unsur pembentuk karya sastra dari luar, biasanya dapat berupa latar belakang kehidupan penulis, keyakinan dan cara pandang penulis, adat istiadat yang berlaku pada saat itu,  situasi politik, sejarah, dan keadaan ekonomi pada sebuah karya sastra itu dibuat.

Unsur ekstrinsik memang berada diluar karya sastra akan tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangunan atau sistem organisme karya satra. Secara lebih khusus unsur ini dapat dikatakan sebagai unsur yang mempengaruhi bangun cerita dalam sebuah karya sastra, tetapi tidak menjadi bagian didalamnya. walaupun demikian unsur ekstrinsik cukup berpengaruh terhadapa totalitas bangun cerita yang dihasilkanya.

Pemahaman unsur ekstrinsik bagaimanapun tidak dapat dipandang sebelah mata, keberadaannya membantu dalam hal pemahaman makna karya itu mengingat bahwa sebuah karya sastra tidak dihasilkan dari situasi kekosongan budaya. Bentuk penyampaian moral dalam karya fiksi mungkin bersifat imajinatif akan tetapi mungkin bersifat langsung atau tidak langsung.