Kebudayaan Nusa Tenggara Timur

Nusa Tenggara Timur adalah sebuah provinsi Indonesia yang terletak di tenggara Indonesia. Provinsi ini terdiri dari beberapa pulau, antara lain Flores, Sumba, Timor, Alor, Lembata, Rote, Sabu, Adonara, Solor, Komodo dan Palue. Ibukotanya terletak di Kupang, Timor Barat. Provinsi ini terdiri dari kurang lebih 550 pulau, tiga pulau utama di Nusa Tenggara Timur adalah Flores, Sumba dan Timor Barat.

Provinsi ini menempati bagian barat pulau Timor. Sementara bagian timur pulau tersebut adalah bekas provinsi Indonesia yang ke-27, yaitu Timor Timur yang merdeka menjadi negara Timor Leste pada tahun 2002. Nusa Tenggara Timur biasa dikenal dengan bumi Flobamor karena merupakan singkatan dari nama pulau-pulau besar yang merangkai Propinsi tersebut yaitu Flores, Sumba, Timor dan Alor di samping itu banyak pulau-pulau lain yang berada di dalamnya. Nusa Tenggara Timur memiliki beberapa sub etnis di dalamnya yang berbeda bahasa maupun adat-istiadatnya.

Artikel terkait:

Berikut adalah beberapa kekayaan budaya yang dimiliki Nusa Tenggara Timur:

  1. Rumah Adat Nusa Tenggara Timur

Rumah adat yang dimiliki Nusa Tenggara Timur salah satunya adalah Saoata Musalakitana. Rumah Saoata Musalakitana adalah rumah rumah adat di NTT yang biasanya untuk tempat tinggal lurah, camat atau pembesar lainnya. Rumah ini berbentuk panggung dan dibawahnya terdapat balai panjang tempat menerima tamuyang tiangnya berdiri dari landasan batu besar, sehingga tidak perlu ditanam dalam tanah.

  1. Pakaian Adat Nusa Tenggara Timur

Pakaian adat yang dipakai kaum pria di NTT berupa topi dengan bentuk yang khas, baju jas ttup, selempang kain tenun dan bersarung kain tenun. Sebilah golok terselip didepan perut. Perhiasan yang dipakai berupa kalung dan pending.

Sedangkan wanitanya memakai hiasan kepala berbentuk bulan sabit, kain tenun yang menyelempang di bahu dan kain tenun yang menutup bagian dada hingga kaki.perhiasan yang dipakai adalah subang, kalung, pending, dan gelang tangan. Pakaian ini berdasarkan pakaian adat Rote.

  1. Suku Bangsa Nusa Tenggara Timur

Penduduk asli Nusa Tenggara Timur terdiri dari berbagai suku yang mendiami daerah-daerah yang tersebar Diseluruh wilayah Nusa Tenggara Timur, sebagai berikut:

  • Helong: Sebagian wilayah Kabupaten Kupang
  • Dawan: Sebagian wilayah.
  • Tetun: Sebagian besar Kab. Belu dan wilayah Negara Timor Leste.
  • Kemak: Sebagian kecil Kab. Belu dan wilayah Negara Timor Leste.
  • Marae: Sebagian kecil Kab. Belu bagian utara dekat dengan perbatasan dengan Negara Timor Leste.
  • Rote: Sebagian besar pulau rote dan sepanjang pantai utara Kab Kupang dan pulau Semau.
  • Sabu / Rae Havu: Pulau Sabu dan Raijua serta beberapa daerah di Sumba.
  • Sumba: Pulau Sumba.
  • Manggarai Riung: Pulau Flores bagian barat terutama Kan Manggarai dan Manggarai Barat.
  • Ngada: Sebagian besar Kab. Ngada.
  • Ende Lio: Kabupaten Ende.
  • Sikka-Krowe Muhang: Kabupaten Sikka.
  • Lamaholor: Kabupaten Flores Timur meliputi Pulau Adonara, Pulau Solor dan sebagian Pulau Lomblen.
  • Kedang: Ujung Timur Pulau Lomblen.
  • Labala: Ujung selatan Pulau Lomblen.
  • Pulau Alor: Pulau Alor dan pulau Pantar

  1. Bahasa Daerah Nusa Tenggara Timur

Povinsi Nusa Tenggara Timur kaya akan bahasa, jumlah bahasa yang dimiliki cukup banyak dan tersebar pada pulau-pulau di Nusa Tenggara Timur seperti di bawah ini:

  • Bahasa Kupang, Melayu Kupang, Dawan Amarasi, Helong Rote, Sabu, Tetun, Bural digunakan oleh masyarakat Timor, Rote, Sabu, dan pulau-pulau kecil di sekitarnya.
  • Bahasa Tewo kedebang, Blagar, Lamuan Abui, Adeng, Katola, Taangla, Pui, Kolana, Kui, Pura Kang Samila, Kule, Aluru, Kayu Kaileso digunakan oleh masyarakat Alor dan pulau-pulau disekitarnya.
  • Bahasa melayu, Laratuka, Lamaholot, Kedang, Krawe, Palue, Sikka, lio, Lio Ende, Naga Keo, Ngada, Ramba, Ruteng, Manggarai, bajo, Komodo digunakan oleh masyarakat Flores dan pulau-pulau disekitarnya.
  • Bahasa Kambera, Wewewa, Anakalang, Lamboya, Mamboro, Wanokaka, Loli, Kodi digunkan oleh masyarakat Sumba dan pualu-ulau kecil disekitarnya.
  1. Tarian khas Nusa Tenggara Timur

Tarian adat yang ada diwilayah Nusa Tenggara Timur sangat beragam, hal ini disebabkan karena jumlah suku yang mendiami wilayah ini sangat beragam ditambah lagi dengan wilayah yang terdiri dari kepulauan. Berikut merupakan beberapa contoh tarian adat yang ada di Nusa tenggara Timur.

  1. Tari Perang, tari yang menunjukkan sifat sifat keperkasaan dan kepandaian mempermainkan senjata. Senjata yag dipakai berupa cambuk dan perisai.
  2. Tari Gareng Lameng, dipertunjukkan pada upacara Khinatan. Tari ini berupa upacan selamat serta mohon berkat kepada Tuhan agar yang dikhinat sehat lahir dan batin dan suksesdalam hidupnya.
  3. Tari Lendo Nusa Malole, berarti tarian ini dari negeri yang indah. Tari garapan yang menggunakan irirngan musik sasando ini merupakan tari penyambut tamu yang memanfaatkan gerak gerak tari tertentu agar massa ikut dalam kegembiraan.

Artikel terkait:

  1. Senjata Tradisional Nusa Tenggara Timur

Senjata yang umumnya dipakai oleh penduduk NTT adalah Sundu atau Sudu, semacam keris. Penduduk menganggapnya sebagai senjata tikam yang keramat. Senjata lainnya adalah Saweo, Pisau, Kampak, Parang, dan Senapan Tumbuk.

  1. Alat Musik Tradisional Nusa Tenggara Timur

Alat musik tradisional dari Nusa Tenggara Timur yang paling terkenal adalah Sasando, alat musik ini begitu terkenal bahkan hingga ke mancanegara. Alat musik tradisional NTT tersebut menggambarkan tentang citarasa seni yang tinggi dari masyarakat suku-suku yang ada di provinsi ini seperti suku Atoni, suku Manggarai, suku Sumba, suku Lamaholot, suku Belu, suku Rote, dan suku Lio. Tetapi selain sasando masih banyak alat tradisional yang dimiliki oleh masyarakat Nusa Tenggara Timur diantaranya adalah:

Artikel terkait:

  1. Sasando

alat musik tradisional NTT ini berasal dari pulau Rote. Sasando terbilang jenis alat musik yang sangat unik. Karena keunikannya, ia bahkan sempat menjadi gambar utama dalam latar mata uang pecahan Rp. 5000.

asando terdiri 2 bagian utama, yaitu bagian yang terbuat dari bambu dan bagian yang terbuat dari daun lontar. Bagian yang terbuat dari bambu adalah tempat melekatnya dawai-dawai sasando yang banyaknya 28 dawai (sasando Engkel),  56 dawai (sasando Dobel), atau 84 dawai. Dawai-dawai tersebu dipasang melingkar bambu dengan panjang yang beragam.

  1. Heo

Selain sasando, masyarakat NTT juga mengenal beberapa jenis alat musik tradisional lainnya, misalnya Heo. Apakah Heo itu? Heo adalah alat musik gesek yang dibuat dari papan dengan alat gesek dari rangkaian ekor kuda. Heo memiliki 4 buah dawai dengan nada-nada dasar yang berbeda. Cara memainkan heo persis sama seperti cara memainkan biola pada umumnya.

  1. Foy Doa

Foy Doa adalah alat musik tradisional NTT yang berasal dari kebudayaan masyarakat Flores. Berdasarkan asal katanya, Foy Doa berarti suling ganda. Instrumen ini memang tersusun 2 atau lebih suling yang dimainkan secara bersama-sama. Foy doa dimainkan umumnya mengiringi syair atau nyanyian petuah yang disampaikan orang-orang tua sebagai nasihat bagi anak-anaknya. Dengan nada-nada tunggal yang teralun dari foy doa, nasihat yang diterima akan dirasa lebih berkesan.

  1. Foy Pai

Sama seperti foy doa, foy pai juga termasuk jenis alat musik tiup. Foy pai berupa suling bambu dengan bentuk menyerupai angka 4. Alat musik ini menghasilkan nada-nada dasar antara lain Do, Re, Mi, Fa, dan Sol. Biasanya ia dimainkan untuk melengkapi permainan foy doa.

  1. Knobe Khabetas

Ini adalah alat musik tradisional NTT yang dipercaya telah ada sejak zaman batu. Bentuknya seperti busur panah, yaitu berupa lengkungan bambu yang diikat dengan tali yang tipis tapi lebar. Cara memainkannya cukup mudah, yaitu dengan mendekatkan tali ke mulut dan meniupnya. Instrumen ini dulu sering dibawa sebagai hiburan di sawah saat seseorang menunggu tanaman kebunnya dari serangan hama.

  1. Knobe Oh

Knobe oh dimainkan dengan cara yang sama dengan knobe khabetas. Hanya saja, instrumen ini mempunyai bentuk yang berbeda. Knobe oh dibuat dengan mengerat bagian tengah pada sebuah bilah bambu sepanjang 12,5 cm. Pada tengah keratan tersebut disisakan kulit ari dari bambu yang berfungsi sebagai resonator ketika ditiup.

  1. Prere

Selanjutnya adalah alat musik prere. Sesuai namanya, alat musik ini hanya menghasilkan nada Do dan Re saat ditiup. Ukurannya pendek seukuran pensil dan terbuat dari ruas bambu kecil. Pada bagian dalam rongganya diberi suatu membran yang bergetar ketika ditiup sehingga dapat menghasilkan suara. Suara yang keluar diperbesar dengan tambahan adanya daun pandan di bagian ujungnya.

  1. Leko Boko

Instrumen ini juga biasa disebut Bijol. Ia adalah sebuah alat musik tradisional NTT yang terbuat dari labu hutan sebagai resonator, kayu sebagai tangkai, dan usus kuskus untuk dawainya. Leko boko dimainkan dengan cara digesek seperti halnya cara memainkan alat musik Heo.