Kesenian merupakan warisan yang tidak ternilai harganya dan tidak tergantikan oleh apapun. Diantara berbagai warisan kesenian ada contoh seni tari yang dinamakan kesenian tari gandrung marsan. Apa itu tari gandrung marsan. Mari kita simak penjelasan dari tari marsan.
Sejarah Tarian Gandrung Marsan
Kabupaten Banyuwangi memiliki kekayaan seni budaya yang luar biasa salah satunya adalah seni tari gandrung banyuwangi yang sekarang menjadi Icon dari kabupaten banyuwangi. jenis jenis tarian jawa timur seperti halnya tari gandrung memang patut untuk dilestarikan. Kesenian yang memiliki tiga babak yaitu jejer, paju dan seblang subuh ini memiliki sejarah berdirinya yang penuh dengan semangat heroic yang patut untuk ditiru semangat kebangsaannya dalam berjuang merebut kemerdekaan.
Berbicara gandrung dengan banyuwangi bagaikan dua sisi mata uang logam yang saling berhubungan satu dengan yang lain dan tidak dapat dipisahkan. Bagaikan nyawa dan raga yang juga tidak bisa dipisahkan, dan jika dipisahkan akan menyebabkan Kematian.
Mengapa demikian? Karena awal-awal munculnya gandrung ini bersamaan dengan sibuknya masyarakat banyuwangi ketika membuka hutan (Babat Alas) Tirtogondo pada tahun 1773 yang nantinya akan menjadi Pusatnya Kabupaten Banyuwangi. Siapakah yang membuka Hutan tersebut?
Belanda atau VOC mengumpulkan rakyat banyuwangi yang sudah kocar kacir di tengah hutan akibat kalah perang bayu pada tanggal 11 Oktober 1772. Mereka awalnya dikumpulkan karena mereka akan dijanjikan uang namun akhirnya itu semua adalah kebohongan belaka.
Akhirnya setelah mengetahui akal busuk VOC itu sebagaian dari mereka ada yang kembali lagi ketengah hutan . Sedangkan sisanya yang masih mau bertahan memilih menetap di Pusat kota. Seiring berjalannya waktu rakyat banyuwangi yang sudah kocar kacir itu berkeinginan untuk mempersatukan mereka. Maka untuk mewujudkan itu semua maka para pria memiliki akal yaitu dengan cara mengadakan kesenian.
Alat music yang digunakan untuk mengiringi lagu dan tarian gandrung pada saat itu adalah Terbang (Rebana) dan Kendhang. Sedangkan penarinya adalah seorang pria yang berumur sekitar 7 – 15 tahunan. Kesenian gandrung ini berkeliling keluar hutan untuk menuju perkampungan warga dan menghampiri mereka sambil membawa kenthongan yang berguna untuk wadah beras sebagai upah dari hasil mempertunjukkan kesenian gandrung ini.
Beras yang sudah dikumpulkan dari hasil keliling kampung sambil joget dan diiringi gending banyuwangi dan rebana serta kendang tersebut dibagi-bagikan kepada saudara-saudara senasib yang sekarang masih berada didalam hutan.
Akhirnya, Lagu-lagu klasik Gandrung Banyuwangi yang saat ini masih lestari pada saat itu berisi Syair-syair tentang perjuangan rakyat blambangan dan berisi tentang kekejaman VOC serta betapa Tragisnya kehidupan rakyat pada saat itu sehingga dengan dilantunkannya gending-gending tersebut akan menambah semangat berjuang rakyat blambangan yang masih tersisa.
Melalui kesenian Gandrung inilah, Akhirnya rakyat blambangan merasa tergugah semangat juangnya, merasa senasib dan seperjuangan sehingga Rakyat blambangan yang awalnya kocar-kacir ditengah hutan bisa berkumpul lagi untuk berjuang bersama-sama. Beberapa dari mereka ada juga yang mau kembali ke kampung halaman yaitu di BAYU namun ada juga sebagian yang masih tetap tinggal dihutan. dan ada juga yang mau turun Gunung tetapi lebih senang membuka desa baru diluar desa bayu yaitu diKota banyuwangi.
Sementara kata Marsan sendiri berasal dari nama salah seorang penari yang terus melakoni kesenian yang sampai mencapai usia 40 tahun yaitu Marsan. Sosok marsan in begitu dikagumi sebagai penari. Beliau dikenal sangat piawai memerankan dirinya sebagai perempuan. Tak hanya itu, pesan moral yang disampaikan juga menjadi salah satu yang dikagumi oleh masyarakat.dari situlah asal mula tari gandrung marsan di buat dan dilestarikan sebagai kesenian tari tradisional dari banyuwangi ini.
Pertunjukan Tari Gandrung Marsan
Dalam pertunjukan tari gandrung marsan terdapat 9 orang pria. Ketika di atas panggung satu diantaranya akan maju ke depan panggung dan duduk bersimpuh. Pria ini seperti melakukan permohonan izin untuk memakai mahkota yang ada di depannya. Lalu setelah permohonan izin itu dilakukan, makotapun dikenakan. Lalu ia membaur bersama 8 orang lainnya. Lalu dilakukanlah tari gandrung marsan. Dalam tarian gandrung marsan ini selalu disampaikannya pesan moral tentang perdamaian.
Demikian yang bisa kami sampaikan pada pembahasan kali ini mengenai. Semoga artikel ini bisa membantu dan banyak membawa manfaat bagi sobat semua yang membacanya. Sampai jumpa di artikel selanjutnya. Terima kasih sudah berkunjung dan meluangkan waktu untuk membaca artikel kali ini. Jangan lupa untuk update terus perkembangan artikel – artikel terbaru berikutnya. Salam hangat selalu dari penulis.