Tari Seblang dan Penjelasannya

Seperti yang sudah kita ketahui dan kita lihat bersama di sekeliling kita, bahwasanya negara kita Indonesia tercinta ini memiliki banyak budaya dan banyak seni yang tentunya berbeda –  beda dari Sabang sampai Merauke. Selain itu sobat, keberagaman budaya dan seni yang kita miliki tersebut sudah diakui oleh dunia dan memang merupakan “ icon “  negara kita tercinta ini. Oleh karena itulah kita harus bangga menjadi warga negara Indinonesia dan sudah kewajiabn bagi kita untuk tetap melestarikannya ya sobat.

Oleh karena keberagaman budaya dan seni tersebut di negara kita, maka pada kesempatan kali ini kita akan membahas salah satu dari jenis kesenian tersebut ya sobat, yakni tari Seblang. Untuk ulasan selanjutnya, yuk sobat merapat dan langsung saja kita simak ulasan berikut ini dengan seksama. Check It Out!

Asal Mula Tari Seblang

Pada awalnya, seblang ini merupakan sebuah ritual masyarakat Osing yang hanya dapat kita jumpai di dua desa dalam lingkungan kecamatan Glagah Banyuwangi, yakni di desa Bakungan dan desa Olehsari. Ritual ini dilaksanakan untuk keperluan bersih desa dan tolak bala, agar desa tetap bersih dana man serta tentram.

Ritual ini mirip seperti ritual Sintren di wilayah Cirebon, Sanghyang Dedari di Pulau Bali. Namun seiring berkembanganya kebutuhan akan ritual tersebut, maka berkembanglah dan dijadikan sebagai tari, yakni tari Seblang. Jenis tari ini merupakan salah satu jenis tari yang sudah tua.

Pemilihan Para Penari

Agak berbeda dari pemilihan para penari untuk jenis tari yanhg lainnya, jenis tari yang satu ini para penarinya dipilih secara supranatural oleh dukun setempat. Selain itu, para penari juga sengaja dipilih dari keturunan penari Seblang yang sebelumnya, karena dianggap mempunyai nilai tersendiri. Untuk daerah Olehsari sendiri, penarinya haruslah gadis yang belum akil balik, sedangkan di Bakungan, penarinya haruslah wanita yang berusia 50 tahun keatas yang telah mati haid ( menopause ) .

Prosesi Tari Seblang

Pada umumnya, tari Seblang ini dimulai dari prosesi upacara yang dibuka oleh sang dukun desa atau yang disebut juga dengan Pawang. Sang penari ditutup matanya oleh ibu –  ibu yang berada di belakngnya, sekaligus memegang tempeh ( nampan yang terbuat dari bambu ) .

Setelah itu, sang dukun atau pawing tersebut mengasapi sang penari dengan asap dupa sambal membaca mantera. Tujuan dari membaca mantera ini adalah untuk membuat sang penari menjadi kesurupan. Setelah para penari kesurupan, ( tak sadarkan diri atau dengan kata lain dalam keadaaan Kejiman ) , dengan tanda jatuhnya tempeh bamboo yang dipegang tadi, maka pertunjukan pun akan dimulai.

Penari Seblang yang sudah Kejiman tadi, menari dengan cara yang monoton, mata terpejam dan mengikuti arah sang pawing atau dukun serta irama Gendhung yang dimainkan. Selain itu, kadang juga mnari sambal mengelilingi desa. Setelah beberapa menit menari, kemudian si Seblang akan melempar selendang yang digulung kearah penonton. Kemudian, penonton yang terkena selendang tersebut harus mau menari bersama di Seblang. Jika ia menolak, maka si Seblang akan mengerjarnya hingga ia mau menari denganya.

Unik bukan sobat tarian yang satu ini?  Semoga ulasan diatas bermanfaat buat anda ya sobat. Sampai jumpa di artikel yang selanjutnya. Jangan lupa selalu cintai dan lestarikan budaya negeri yang beragam dan penuh dengan keindahan serta memukau ini. Sampai jumpa, salam hangat selalu. Salam seni.