Seni Lukis Pramodern yaitu unsur seni lukis yang ada sebelum zaman modern atau sebelum munculnya era industri. sedangkan Seni Lukis Modern yaitu seni lukis yang ada setelah zaman modern atau setelah munculnya era industri.
Sedangkan Seni Lukis Pra Modern sendiri memiliki berbagai aliran atau gaya lukis sesuai kondisi maupun keinginan sang pelukis. Beberapa contoh aliran dari jenis-jenis seni lukis pro modern antara lain aliran primitivisme, aliran naturalisme, aliran realisme, dan juga aliran dekorativisme.
Baca Juga :
- Fungsi Seni Rupa Terapan
- Perbedaan Seni Rupa 2 Dimensi dan 3 Dimensi
- Seni Rupa 3 Dimensi
- Museum Seni Rupa dan Keramik
- Fungsi Seni Lukis
Salah satu aliran dari Seni Lukis Pra Modern adalah Aliran Primitivisme. Berikut ini sedikit penjelasan mengenai fungsi Seni Lukis Aliran Primitivisme.
1. Primitivisme
Pengertian Seni Lukis Primitivisme
Berdasarkan nama alirannya (Primitivisme) yang berasal dari kata Primitif yang berarti sangat sederhana dan belum maju1. Dapat kita simpulkan bahwa Seni Lukis Aliran Primitivisme merupakan aliran yang bersifat sederhana dan jauh dari teknik-teknik lukis modern. Aliran Lukis ini memiliki sifat sahaja, spontan, serta tidak terikat dengan profesionalisme teknik baik dalam proses penggarapan teknik maupun dalam perwanaannya. Seni Lukis aliran Primitivisme juga tidak mengenal latihan untuk pembuatannya.
Tokoh Seni Lukis Primitivisme
Meskipun bersifat primitif seperti orang zaman dulu, namun Seni Lukis aliran Primitivisme ini masih banyak digunakan oleh para pelukis kontemporer dalam karya – karya lukis mereka. Kebanyakan dari seniman yang menggunakan aliran Primitivisme adalah mereka ingin lukisan mereka dibuat dengan mendatangkan kesan sakral maupun magis. Pelukis yang masih menggunakan aliran Primitivisme dalam karya – karya mereka disebut Pelukis Primitivisme.
Tidak terdapat data yang akurat yang menyebutkan nama – nama Pelukis yang secara konsisten menggunakan Aliran Primitivisme dalam setiap karya atau lukisan mereka. Kebanyakan dari mereka hanya sekali atau dua kali menghasilkan karya lukis dengan sifat – sifat primitifisme namun tidak dengan karya – karya lainnya karena karya – karya lainnya menggunakan aliran yang lain. Hal ini juga disebabkan minat masyarakat terhadap Lukisan Primitif yang berkurang karena banyak yang berpendapat bahwa Lukisan Primitivisme memiliki nilai estetika atau keindahan yang kurang dibandingkan dengan aliran yang lain.
2. Aliran Naturalisme
Naturalisme merupakan corak karya seni rupa dengan teknik pelukisannya yang berpedoman pada peniruan alam untuk menghasilkan karya seni. Oleh sebab itu seniman terikat pada hukum proporsi, perspektif, anatomi dan teknik pewarnaan untuk mendapatkan kemiripan yang sesuai dengan perwujudan objek yang dilihat mata. Tokoh seniman Indonesia yang menganut aliran naturalism antara lain Pirngadi, Basoeki Abdullah, Trubus, Abdullah SR, Wakidi, Dullah, Rustamadji, Wahdi, dan lain sebagainnya.
3. Aliran Realisme
Aliran seni rupa ini merupakan perkembangan lebih lanjut dari aliran naturalisme. Aliran ini muncul di belahan dunia Barat sekitar pertengahan abad ke-17. Aliran ini menunjukkan keyakinan seniman terhadap realitas duniawi yang kasat mata sebagai objek penciptaan karya seni.
Pada umumnya realisme dibedakan menjadi beberapa katagori, seperti realisme sosialis (cenderung mengungkapkan adegan-adegan kehidupan manusia yang serba sengsara, getir, dan pahit). Herbert Read menyatakan, seni rupa yang sepenuhnya dapat disebut sebagai realistis adalah yang berusaha dengan segala daya untuk menyatakan perwujudan objek dengan tepat, dan seni seperti ini, sebagaimana halnya filsafat realisme, selalu berdasarkan atas keyakinan keberadaan objektif dari sesuatu.
Jadi dalam pengertian murni aliran realis berusaha melukiskan keadaan secara nyata, seniman realis memandang dunia ini tanpa adanya ilusi, mereka menciptakan karya seni rupa yang nyata menggambarkan apa-apa yang nyata dan benar-benar ada di dunia ini. Tokoh-tokoh realisme yang ada di Indonesia antara lain Raden Saleh (realism romantis), S. Soedjojono, Dullah, Rustamadji (realism fotografis), Dede Eri Supria, Ronald Manullang (Realisme Baru).
4. Aliran Dekorativisme
Karya seni rupa dekoratif senantiasa berhubungan dengan hasrat untuk menyederhanakan bentuk dengan jalan mengadakan distorsi. Ciri-cirinya yaitu bersifat kegarisan, ritmis, berpola, pewarnaan yang rata, dan secara umum mempunyai kecenderungan yang kuat untuk menghias. Tujuan dan sifat hias ini akan menyebabkan keindahan rupa dekoratif termasuk kategori seni yang mudah dicerna oleh masyarakat. Pada karya seni dua dimensi sering mengabaikan unsur perspektif dan anatomi, sedangkan pada karya seni tiga dimensi mengabaikan plastisitas bentuk (naturalistis).
Karya seni rupa dekoratif dapat diklasifikasi menjadi 2 bagian utama, yakni dekoratif figuratif dan dekoratif geometris. Dekoratif figurative adalah yang biasanya ditandai dengan penggambaran wujud figure/ bentuk-bentuk di alam yang kita kenali. Seperti misalnya pemandangan,, hewan-hewan di tengah rimba pasar, kota, lukisan kehidupan sehari-hari, dan lain sebagainya. Namun teknik pelukisannya ini tidak berupaya untuk meniru rupa secara realistis, melainkan dikerjakan dengan bentuk yang datar tanpa memperhitungkan aspek volume dalam penggarapan bentuk visual.
Dekoratif geometris adalah karya seni rupa yang bebas dari peniruan alam, perwujudannya merupakan susunan motif, bentuk, atau pola tertentu di tata sedemikian rupa sehingga memiliki kapasitas untuk membangkitkan perasaan keindahan dalam diri pengamatnya. Lukisan-lukisan geometris cenderung rasional karena terikat pada pola, motif, atau bentuk-bentuk dan teknik pelukisan yang menuntut ketrampilan dan kesabaran dalam proses kreasinya.
Contoh Lukisan Dekoratif Figuran
Contoh seni rupa dekoratif geometris dapat dilihat pada ragam hias di daeerah-daerah seluruh kepulauan Indonesia. Misalnya motif pilin berganda, lingkaran, elips, setengah lingkaran, segi tiga, prisma, empat persegi, dan lain-lain. Motif tersebut biasanya tersusun rapi denganteknik pengulangan, sehingga tercipta suatu harmoni. Karena penempatannya mementingkan keteraturan dan kerapian, maka dalam bentuk tradisional komposisinya simetris. Namun kerap pula kita jumpai dalam era modern komposisi yang bebas, seperti pada karya Sapto Hudoyo dan Hatta Hambali.
Tokoh-tokoh pelukis dekoratif asal Indonesia adalah Amrus Natalsya, Irsam, Sarnadi Adam, Ahmad Sopandi, Kartono Yudokusumo, Widayat, Suparto, Ratmoyo, Batara Lubis, Boyke Aditya, A.Y. Kuncana, I Gusti Made Deblog, I Gusti Nyoman Lempad, I Gusti Ketut Kobot, dan masih masih banyak lagi.