Karya Sastra Peninggalan Hindu Buddha di Indonesia

Pengaruh Hindu Buddha dari India ke Indonesia berhasil membawa kemajuan yang pesat, terutama dalam seni sastra. Karya sastra yang sampai saat ini masih tersohor adalah kitab Ramayana dan Mahabharata. Bahkan kitab Mahabharata pun juga sudah mengambil alih dalam seni film. Adanya peninggalan kitab-kitab ini, membuat para pujangga di Indonesa untuk terus menghasilkan karya-karya sastra yang lebih baik lagi.
Isi dari karya sastra peninggalan hindu buddha di Indonesia ini mayoritas tidak menggunakan kalimat langsung dalam penyajiannya, melainkan di isi dengan kumpulan puisi dan sajak-sajak indah dalam sejumlah bait (pupuh). Ungkapan yang biasa ada dalam karya sastra ini, biasa disebut dengan kakawin. Tema kitab yang diambil pun berasal dari gubahan atau karya baru yang juga sudah disesuaikan dengan tradisi dan budaya yang ada di masyarakat kita. Penting dengan adanya karya sastra ini, kita dapat mengambil catatan, kisah dan laporan peristwia-peristiwa penting dalam sejarah.
 
Berikut ini kitab peninggalan hindu buddha berdasarkan zamannya :

A. Zaman Kahuripan

  • Kitab Mahabharta

Kitab yang terkenal pada zaman ini adalah Kitab Mahabharata. Asal nama Mahabharata berasal dari nama lengkap kitab ini, yaitu Mahabharatayudha, yang artinya perang besar keluarga Bharata (Pandawa berjumlah lima dan Kurawa berjumlah seratus). Oleh sebab itu, di dalam kitab ini tertulis informasi tentang pertempuran selama 18 hari antara keluarga Pandawa dan keluarga Kurawa. Kitab Mahabharata berasal dari puisi kepahlawanan atau epos di India pada tahun 1000 saat pemerintahan Raja Dharmawangsa.

Selain itu, kitab Mahabharata juga terdiri dari 18 bagian yang disebut Parwa, yakni :

1. Adiparwa : Yang berisi tentang masa kecil kehidupan Pandawa dan Kurawa

2. Sabhaparwa : Yang berisi tentang tipuan Kurawa yang berusaha untuk membinasakan Pandawa. Dalam bagian ini, Kurawa mengundang Pandawa untuk bermain judi dan membuat Yudhistira (Pandawa yang tertua) kalah dalam permainan itu, dan sebagai taruhannya Pandawa harus di buang ke hutan selama 13 tahun.

3. Wanaparwa : Yang berisi tentang perjuangan Pandawa selama 13 tahun mengembara di hutan. Selain itu, Bhagawan Wiyasa meminta kepada Arjuna untuk bertapa di gunung Himalaya dan memohon pertolongan kepada dewa, serta meminta anugerah senjata untuk berperang melawan keluarga Kurawa.

4. Wirataparwa : Yang berisi tentang keadaan keluarga Pandawa pada tahun ke-13 masa pembuangannya. Di bagian ini, dikisahkan keluarga Pandawa sudah keluar dari hutan dan sampai di kerajaan Wirata. Di kerajaan Wirata, keluarga Pandawa diterima sebagai pekerja di istana. Lalu mereka membuat penyamaran, Yudhistira menyamar sebagai ahli main dadu, Bima sebagai juru masak, Arjuna sebagai guru tari, Nakula sebagai tukang kuda, Sadewa sebagai gembala dan Drupati sebagai perias istana.

5. Udyogaparwa : Yang berisi tentang Pandawa kembali ke istana mereka di Indraprastha pada tahun ke-14. Kemudian di istana di adakan perundingan tentang kedudukan Pandawa. Dalam perundingan itu, Pandawa diwakili oleh Kresna, namun sayang perundingan tersebut di tolak, sebab keluarga Kurawa tidak bersedia membagi separuh dari kerajaan mereka kepada Pandawa.

6. Bismaparwa : Yang berisi tentang perisapan perang antara Kurawa dan Pandawa yang dipimpin oleh Bisma, dari keluarga Kurawa dan pihak Pandawa dipimpin oleh Dharsadiyumna, kakak Drupati. Didalam pertempuran ini bisma dinyatakan tewas, sebelum meninggal Bisma memberikan nasihat kepada keluarganya untuk menghentikan perpecahan yang terjadi, dan segera mengadakan perundingan.

7. Dornaparwa : Yang berisi tentang Dorna yang menggantikan kedudukan Bisma sebagai peimpin perang dari Kurawa. Dorna yang berapi-api di medan pertempuran untuk membunuh Pandawa, dan selalu dihalang-halangi oleh Gatut Kaca. Namun akhirnya Gatut Kaca terbunuh oleh Karna Abimanyu dan putra Arjuna juga terbunuh oleh Dursasana. Pada pertempuran hari ke-15 Dorna tewas oeh Dharsadiyumna.

8. Karnaparwa : Yang berisi tentang kemarahan Arjuna dan Bima yang mengetahui Gatut Kaca dan putra Arjuna terbunuh. Akhirnya pada hari ke-17, Bima berhasil membunuh Dursasana, dan meminum darahnya. Selain itu, Arjuna juga berhasil membunuh Karna Abimanyu.

9. Salyaparwa : Yang berisi tentang Salya yang masih hidup bersama Raja Duryudana, pada hari ke 18. Pada pertempuran hari ke-18 ini, Salya menajdi pemimpin (senopati) dan tewas di medan perang. Alhasil tinggalah Duryudana seorang diri, sedangkan saudaranya yang berjumlah 99 orang sudah tewas. Duryudana pun tewas setelah melawan Bima. Di hari ini, tinggal Aswathama sendiri yang tersisa, dan dipilih memimpin tentara Kurawa.

10. Sauptikaparwa : Yang berisi tentang penyelundupan yang dilakukan Aswathama ke perkemahan para Pandawa pada malam hari setelah hari ke-18 selesai. Penyelundupan itu berhasil membunuh banyak orang, termasuk Dharsadiyumna. Aswathama pun kabur melarikan diri ke hutan dan meminta perlindungan kepada Bagawan Wiyasa. Keesoakn harinya para Pandawa menyusul Aswathama, dan terjadilah pertentangan sengit antara Aswathama dan Arjuna, yang berhasil diredakan oleh Wiyasa dan Kresna. Serta kemudian Aswathama pun menjadi petapa.

11. Striparwa : Yang berisi tentang Destarasta, Gandari, Kresna, Para pandawa dan para istri pahlawan datang ke Kuruksetra. Mereka semua menyesali pertempuran yang telah terjadi, dan semua pahlawan yang gugur dibakal bersama.

12. Santiparwa : Yang berisi kejadian setelah pertempuran dan para Pandawa kembali tinggal di hutan sebulan lamanya untuk membersihkan diri, lalu kembali ke istana dan Yudhistira diangkat sebagai seorang raja.

13. Anusasanaparwa : Yang berisi tentang nasihat dan wejangan-wejangan yang ditujukan kepada Yudhistira, mengenai kebatinan dan kewajiban seorang raja yang agung.

14. Aswamedikaparwa : Yang berisi tentang upacara selamatan Asmaweda, yaitu upacara untuk mengetahui wilayah kerajaa. Dalam upacara ini kerajaan melepaskan sebuah binatang (kuda) yang kemudian diikuti oleh sejumlah tentara. Selama satu tahun kuda itu mengembara dan daerah-daerah yang dilaluinya menjadi wilayah kekuasaan Yudhistira.

15. Asramawasikaparwa : Yang berisi tentang kehidupan Destarasta, Gandari, Kunti (Ibu Pandawa) di dalam hutan yang memutuskan untuk menjadi petapa.

16. Mausalaparwa : Yang berisi tentang kehancuran kerajaan Kresna, sebab perang saudara dan mengakibatkan Baladewa dan Kresna meninggal dunia.

17. Mahaprastanikaparwa : Yang berisi tentang masa pemerintahan para Pandawa yang sudah berjalan bertahun-tahun lamanya, dan memutuskan untuk mengundurkan diri dan takhta kerajaan diserahkan kepada Parikesit, putra Abimanyu. Para pandawa kembali mengembara di hutan, dan meninggal satu persatu. Dimulai dari Drupadi, Sadhewa, Nakula, Arjuna dan akhirnya Bima. Yang kemudian Yudhistira di jemput Indra menuju ke Surga.

18. Swargarohanaparwa : Yang berisi tentang para pandawa yang ditempatkan sementara di neraka untuk membersihkan jiwa mereka, lalu diangkat ke surga.

  • Kitab Arjuna Wiwaha

Kitab Arjuna Wiwaha adalah salah satu kitab yang ada di zaman kahuripan juga, bersama dengan kitab Mahabharata. Kitab Arjuna Wiwaha merupakan karya Empu Kanwa pada masa pemerintahaan Airlangga. Isi kitab ini ialah tentang kehidupan Raja Airlangga. Selain itu, juga menceritakan tentang Arjuna yang mendapatkan Senjata dari Dewa Siwa untuk membunuh raksasa Niwatakawaca yang sudah merusak kahyangan. Sebagai hadiah karena sudah berhasil membunuh raksasa, Arjuna dikawinkan dengan bidadari yang cantik dan hidup lama di Indraloka.

Artikel terkait :

B. Zaman Kediri
Pada zaman kerajaan kediri, karya sastra juga berkembang pesat. Diantaranya adalah :

1. Kakawin Bharatayudha : Karya Empu Sedah dan Empu Panuluh, yang berisi tentang kemenangan Janggala atas Panjulu saat masa pemerintahan Raja Jayabaya.

2. Kitab Kresnayana : Karya Empu Triguna, yang berisi tentang riwayat kehidupan Kresna yang pada masa kecilnya dikenal sebagai seorang anak nakal, namun disayangi banyak orang sebab suka menolong. Selain itu, Kresna juga mempunyai kesaktian yang luar biasa, dan setelah dewasa ia dikawini dengan Dewi Rukmini.

3. Kitab Sumarasantaka : Karya Empu Monaguna, yang berisi tentang bidadari Harini yang terkena kutukan dan menjelma sebagai seorang putri di bumi. Setelah masa hukumannya habis, ia kembali ke kahyangan.

4. Kitab Hariwangsa dan Gatot Kacas Raya : Karya Empu Panuluh, yang berisi tentang kisah perkawinan Kresna dengan Dewi Rukmini.

5. Kitab Smaradhana : Karya Empu Dharmaja

6. Kitab Lubdaka dan Kitab Wirtasancaya : Karya Empu Tan Akung

Artikel terkait :

C. Zaman Majapahit
Pada zaman majapahit, karya sastra juga berkembang pesat, dan hasil sastranya terbagi menjadi zaman majapahit awal dan juga majapahit akhri. Diantaranya adalah :

Sastra Zaman Majapahit Awal

1. Kitab Negara Kertagama : Karya Empu Prapanca, yang berisi tentang keadaan kerajaan Majapahit, daerah-daerah jajahan dan perjalanan pemerintahan Hayam Wuruk dalam memimpin daerah-daerah kekuasaannya. Selain itu, di dalam kitab ini juga disebutkan tentang upacara Sradda untuk Gayatri, mengenai kehidupan keagamaan zaman Majapahit. Kitab Negara Kertagama ini lebih rinci menjelaskan tentang sejarah budaya, daripada sejarah politik.

2. Kitab Sutasoma : Karya Empu Tantular, yang berisi tentang anak raja yang menjadi pendeta Buddha. Anak raja ini rela mengorbankan dirinya untuk kesejahteraan semua mahluk. Oleh sebab itu, banyak orang yang tertolong olehnya. Di dalam kitab juga terdapat ungkupan yang berbunyi : “Bhineka Tunggal Ika, Tan Hana Dharma Mangrawa” yang saat ini dipakai sebagai lambang NKRI.

3. Kitab Arjunawijaya : Karya Empu Tantular, yang berisi tentang raksasa yang berhasil dibunuh oleh Arjuna Sasrabahu.

4. Kitab Kunjarakarna : Berisi tentang raksasa Kunjarakarna yang sangat ingin berubah menjadi manusia. Raksasa ini menghadap Wairocana dan diizinkan melihat neraka. Sebab ia taat kepada agama Buddha, maka keinginannya di kabulkan.

5. Kitab Parthayajna : Berisi tentang keadaan Pandawa setelah kalah main dadu bersama Kurawa, yang akhirnya diasingkan ke hutan.

Sastra Zaman Majapahit Akhir
Hasil karya sastara zaman majapahit akhir, lebih banyak ditulis dengan bahasa Jawa Tengah. Di antaranya ada juga yang ditulis dalam bentuk tembang (kidung) dan gancaran (prosa).

1. Kitab Pararaton : Yang berisi tentang cerita mitos atau dongeng tentang raja-raja Singasari dan Majapahit. Selain itu juga diceritakan tentang Raja Jayanegara, pemberontakan yang dilakukan oleh Ranggalawe dan Sora, serta peristiwa Bubat.

2. Kitab Sudayana : Yang berisi tentang peristiwa bubat, yaitu rencana perkawinan yang akhirnya berubah menjadi pertempuran antara Pajajaran dan Majapahit di bawah pimpinan Patih Gajah Mada. Di dalam pertempuran bubat ini, raja Sunda dengan pembesarnya terbunuh, dan Dyan Pitaloka membunuh dirinya sendiri.

3. Kitab Sorandakan : Yang ditulis dalam bentuk kidung, menceritakan tentang pemberontakan yang dilakukan oleh Sora terhadapa Raja Jayanegara di Lumajang.

Artikel terkait :

4. Kitab Ranggalawe : Yang ditulis dalam bentuk kidung, menceritakan tentang pemberontakan Ranggalawe dari Turban terhadap Raja Jayanegara.

5. Kitab Panjiwijayakrama : Yang ditulis dalam bentuk kidung, menceritakan tetnang riwayat Raden Wijaya sampai berhasil mendirikan kerajaan Majapahit.

6. Kitab Usana Jawa : Yang berisi tentang penaklukan Bali oleh Patih Gajah Mada dan Aryadamar.

7. Tantu Panggelaran : Yang berisi tentang pemindahan gunung Mahameru ke Pulau Jawa, oleh Dewa Brahma, Wisnu dan Siwa. Keruntuhan gunung Mahameru sepanjang pulau Jawa menghasilkan gunung-gunung di Jawa lainnya.

8. Kitab Calon Arang : Yang berisi tentang seorang pengrajin tenun, yang bernama Calon Arang yang hidup saat masa pemerintahan Raja Airlangga. Penenun ini memiliki anak yang sangat cantik, namun tidak ada yang berani untuk meminangnya. Calon Arang merasa terhina dan menyebarkan wabah penyakit di seluruh negeri. Atas perintah Raja Airlangga, ia dapat dibunuh oleh Empu Bharada.