4 Kebudayaan Suku Arfak yang Fenomenal

Mempelajari dunia seni budaya dapat dilakukan melalui penelusuran unsur unsur kebudayaan baik yang ada di dunia maupun dalam negeri sendiri. Indonesia merupakan salah satu negera di dunia yang memiliki banyak keragaman, salah satunya dikarenakan jumlah suku bangsa yang melimpah. Menurut data Badan Pusat Statistik dalam kajian tahun 2010, jumlah suku bangsa di Indonesia mencapai angka 1340 suku bangsa baik yang masih bertahan sampai sekarang maupun yang sudah mulai tergerus oleh jaman dan kepunahan.

Diantara semua suku bangsa, kebudayaan papua merupakan salah satu kebudayaan yang memiliki banyak sekali macamnya dan masih bertahan serta tetap dilestarikan sampai saat ini. Beberapa kebudayaan papua yang cukup dikenal adalah kebudayaan dari suku terbesar di papua yakni kebudayaan suku asmat. Selain suku asmat masih ada salah satu suku di papua yang juga memiliki kebudayaan khas, suku tersebut adalah suku Arfak.

Suku Arfak merupakan suku di papua yang tinggal di pengunungan arfak sekitar kota manokwari, provinsi Papua Barat. Suku ini memiliki beberapa anak suku diantaranya suku hatam, suku moilei, suku meihag, dan suku sohug. Hampir sama dengan suku suku dipapua lainnya, suku arfak juga memiliki keahlian menciptakan karya seni rupa 3 dimensi maupun 2 dimensi dari kayu. Selain itu, kebudayaan suku arfak juga memiliki beberapa kebudayaan lainnya yang juga cukup dikenal yakni sebagai berikut.

  1. Marga dan Bahasa

Suku arfak memiliki 4 subsuku yang setiap subsukunya dipimpin oleh seorang kepala suku yang berbeda. Yang unik dari setiap cabang suku dari suku arfak adalah keberagaman dari masyarakatnya. Keberagaman tersebut ditunjukkan dengan banyaknya marga dan bahasa dalam satu subsuku. Contohnya suku moilei yang memiliki beberapa marga diantaranya marga kowi, marga saiba, marga mandacan, marga sayori, marga ullo, marga ayok, marga indow, marga wonggor, dan masih banyak marga lainnya. Setiap marga tersebut memiliki bahasa yang berbeda beda.

Orang arfak pada jaman penjajahan terdahulu merupakan perantara ekspansi belanda dan portugis untuk membantu berkomunikasi dengan suku suku lainnya di tanah papua. Orang arfak juga dikenal sebagai pemburu yang sangat lihat serta mampu mengenal tanaman herbal untuk magis dan pengobatan traditional yang cukup sulit ditemukan di daerah pegunungan arfak.

  1. Rumah “kaki seribu”

Kebudayaan suku arfak lainnya terlihat dari salah satu contoh karya seni rupa terapan berupa rumah adat. Rumah adat suku arfak dikenal dengan sebutan rumah kaki seribu atau dalam bahasa daerahnya bernama “mod aki aksa atau igkojei”. Rumah kaki seribu tersebu bagi masyarakat suku arfak memiliki fungsi sebagai tempat pesta adat, tempat mendidik anak, dan tempat berteduh.

Rumah suku arfak dikenal dengan istilah kaki seribu karena rumah adat dengan bentuk rumah panggung persegi tersebut memiliki banyak kayu kayu penyangga. Selain berkayu penyanga yang banyak, rumah suku arfak ini juga menggunakan kulit pohon butska sebagai dinding, daun pandan sebagai atap rumah, dan bambu atau belahan nibung sebagai lantainya.

Rumah kaki seribu ini dikenal merupakan rumah yang cukup dingin dan sejuk karena angin dapat masuk dan keluar melalui celah celah di kaki rumah. Bagian bawah panggung yang cukup luas digunakan sebagai tempat kayu bakar dan kandang dari hewan ternak. Ciri khas lainnya dari rumah ini adalah, rumah kaki seribu memiliki dua pintu di belakang dan depan tanpa disertai dengan jendela.

Sekarang ini, rumah adat ini perlu dilestarikan oleh pemerintah karena kondisinya yang mulai banyak ditinggalkan oleh masyarakat suku arfak. Pelestarian tersebut dibutuhkan karena sejatinya rumah asli Papua Barat ini bukan hanya sekedar bangunan rumah saja namun juga sebuah kebudayaan  yang mencerminkan lingkungan kehidupan, kepercayaan, dan interaksi dari masyarakat suku arfak.

  1. Tari Magasa

Dalam bidang keseniaan, kebudayaan suku arfak yang paling terkenal adalah tari magasa yang bagi orang luar  dikenal sebagai tari ular. Diberi julukan atau sebutan sebagai tari ular karena formasi yang dibentuk seperti liukan ular dengan gerakan mengikuti irama lagu yang dinyanyikan. Tari magasa ini biasanya akan ditampilkan pada pagelaran acara perkawinan, masa panen raya, penyambutan tamu yang datang serta dalam acara acara penting lainnya.

Dalam penyajiannya, tari magasa ini merupakan tarian yang diperagakan secara berkelompok dari semua lapisan masyarakat baik muda maupun para tetua. Tarian ini dilakukan secara berpasangan antara pria dan wanita dengan saling bergandengan tangan dan berhimpit disertai lompatan dan hentakan ke tanah mengikuti irama lagu yang dimainkan. Tari magasa ini menceritakan tentang keromantisan, sifat kepahlawanan, hingga keindahan alam.

  1. Tari Buah Merah

Selain tari magasa, ada salah satu tari dari kebudayaan suku arfak lainnya yang dipentaskan oleh para pemuda arfak dengan tampilan dan konsep koreografi yang unik serta natural dan dapat mengambarkan suasana tanah papua yang eksotik dan menarik untuk dijelajahi. Tari buah merah tersebut juga menjadikan bukti bahwa kebudayaan di tanah papua tidak kalah dengan kebudayaan lainnya.

Beberapa penjelasan kebudayaan dari suku arfak tersebut dapat dijadikan bahan untuk lebih mengenal dan mempelajari seni budaya asli dari Indonesia.