Tari Patah Sembilan dan Penjelasannya

Tari Lenggang Patah Sembilan adalah kesenian tari Melayu yang indah. contoh seni budaya nusantara ini hingga kini masih terus dipentaskan dalam acara-acara adat di daerah Melayu, seperti di Kesultanan Serdang, Sumatera Utara. Tari Lenggang Patah Sembilan hingga sekarang terus dikembangkan di wilayah Serdang. Di kawasan ini, terdapat seorang tokoh tari bernama Guru Sauti (almarhum) yang merupakan guru tari tradisional yang disegani.

Karya-karya Guru Sauti hingga kini terus dikenang dan dikembangkan, salah satunya oleh putri Kasultanan Serdan, Tengku Mira Sinar. Guna mengenang jasa Guru Sauti, Tengku Mira Sinar menuliskan buku berjudul Teknik Pembelajaran Dasar Tari Melayu Tradisional karya Guru Sauti (2009).

Menurut cerita yang ada, tari Lenggang Patah Sembilan berasal dari ajaran leluhur Melayu yang banyak diinspirasi dari adat kebudayaan Melayu yang memang menyukai seni. NamaLenggang Patah Sembilan diambil dari pepatah Melayu yang berbunyi: lenggang patah sembilan, semut dipijak tak mati, andan terlanda patah tiga.

Pantun ini bermakna bahwa “ketika semut dipijak tidak mati, maka orang yang menginjak (penari) akan bergerak di tempat dengan lemah-gemulai”. Gerakan ini seolah-olah menandakan bahwa kalau dipijak semut tidak akan mati (Tengku Mira Sinar, ed., 2009).

Menurut Mira Sinar (2009), secara umum gerakan tari Lenggang Patah Sembilan dibagi menjadi tiga bagian, yaitu lenggang di tempat, lenggang memutar satu lingkaran, dan lenggang maju atau berubah arah. Ketiga model gerakan ini harus ditarikan secara dinamis dan gemulai untuk mendapatkan sajian tari yang menarik.

Tari Lenggang Patah Sembilan dalam pementasannya ditarikan oleh sepasang laki-laki dan perempuan. Keduanya menari dengan serempak dan dinamis, sambil diiringi musik dan lagu-lagu Melayu. Menurut seniman tari Melayu, gerakan tari Lenggang Patah Sembilan sebenarnya hampir sama dengan tari Melayu lainya.

Namun, perbedaannya terdapat pada saat memulai gerakan, yaitu penari yang ada di sebelah kiri memulai gerakannya dengan kaki kiri. Begitu pula sebaliknya, penari yang ada di sebelah kanan memulai gerakannya dengan kaki kanan.

Tari Lenggang Patah Sembilan mengandung nilai-nilai bagi kehidupan orang Serdang, antara lain:

1. Disiplin dan kesabaran

Nilai ini tercermin dari beragam gerak tari yang harus dipelajari dengan penuh kedisiplinan dan kesabaran agar seorang pembelajar tari Melayu dapat menguasai tari ini dengan baik. Menurut beberapa seniman tari Melayu, Lenggang Patah Sembilan termasuk tari yang sulit ditarikan dan dipelajari. Salah satu syarat untuk dapat menarikan tari Melayu adalah sang penari dapat menjiwai setiap gerakan, bukan hanya sekadar melenggang saja.

2. Hiburan

Tari Lenggang Patah Sembilan selalu menampilkan gerakan yang indah dan alunan musik yang gembira. Dengan menonton pementasan tari ini, masyarakat tentunya akan merasa terhibur dan dapat meringankan beban.

3. Pelestarian Budaya

Tari Lenggang Patah Sembilan merupakan contoh seni tari tradisional yang penting untuk dilestarikan. Mementaskan tari ini dalam berbagai acara, secara langsung merupakan upaya pelestarian tersebut. Bahkan, secara umum, ketika mementaskan tari ini, maka sebenarnya ada tiga hal yang dilestarikan, yaitu tari, lagu, dan busana Melayu.

4. Seni

Sisi seni Lenggang Patah Sembilan terdapat pada unsur gerak, pakaian, musik pengiring, dan lagu-lagu yang dilantunkan. Unsur-unsur ini bersatu padu sehingga membentuk sebuah harmoni yang terwujud dalam pentas tari Lenggang Patah Sembilan. Unsur-unsur seni ini juga yang membuat tari Lenggang Patah Sembilan menarik untuk ditonton.

5. Olahraga

Nilai ini tampak sekali dari gerakan-gerakan tari Lenggang Patah Sembilan yang ritmis, dinamis, dan terkadang rancak. Hal ini tentu saja sangat memerlukan kesiapan fisik penarinya. Kekuatan, ketahanan, dan kelenturan tubuh penari sangat diperlukan untuk melakukan ragam gerak tari Lenggang Patah Sembilan yang rinci dan penuh semangat.

Setelah membaca artikel ini semoga kita semakin mencintai tari tradisional dan mau untuk mempelajarinya. Sampai jumpa di lain kesempatan. Terima kasih sudah bersedia membaca artikel kali ini. Sampai jumpa dan salam hangat.