Kerajinan Tangan dari Papua dan Penjelasannya

Wilayah yang berada di ujung timur Indonesia ini punya beberapa kerajinan tangan yang tak kalah menarik dari berbagai wilayah lain yang ada di Indinesia. Beberapa kerajinan tangan yang berasal dari Papua ialah sebagai berikut :

1.Noken

Noken adalah tas anyaman dari kulit kayu yang multifungsi bagi wanita asli Papua. Terutama bagi Suku Dani di Lembah Baliem, Wamena Papua,  noken adalah semacam jala yang terbuat dari serat kulit kayu dan digunakan multifungsi.

Biasa dipergunakan sebagai tas untuk bawa apa saja termasuk  mengendong bayi, babi, anjing, ubi jalar, sayur dan barang lainnya. Biasa juga digunakan sebagai baju khususnya untuk remaja putri. Wanita suku Dani tidak bisa dipisahkan dari noken.

Menurut wikipedia, noken adalah tas anyaman ikat yang multifungsi, asli Papua. Penggunaan khas noken, yang digantungkan di kepala, secara tradisional digunakan untuk membawa berbagai barang, dan juga bayi. Pada tahun 2012, noken telah tercantum dalam Daftar UNESCO Warisan Budaya Tak Benda sebagai warisan budaya Indonesia. kerajinan tangan dari bali bisa anda jadikan sebagai informasi tambahan.

2. Lukisan Di Atas Kulit Kayu

Tradisi melukis di atas kulit kayu telah dimulai sejak tahun 1600-an. Tradisi ini sempat punah dengan perkembangan zaman. Kulit kayu ini merupakan kelengkapan hidup sebagai busana yang dalam bahasa kami disebut malo.

Akibat busana beralih ke bahan dasar kain dan tekstil lainnya, maka lukisan di atas kulit kayu ini pun mulai ditinggali,” kata salah satu pelukis kulit kayu dari Kampung Asei Besar bernama Corry Ohee. kerajinan tangan dari yogyakarta bisa anda jadikan sebagai informasi tambahan.

Tapi pada 1975, kata Corry, antropolog asli Papua Arnold Ap dan Danielo Constantino Ayamiseba menggerakkan kembali tradisi mengukir atau melukis kulit kayu, ukiran asli Suku Asei. Hingga saat ini tradisi itu terus dilanjutkan. Bahkan, lukisan kayu diperkenalkan ke manca negara seperti di sejumlah negara di Eropa.

Lukisan kulit kayu berbahan dasar kulit kayu sejenis pohon bergetah, seperti pohon beringin, pohon sukun, dan pohon nangka memang unik. Proses pengolah hingga menjadi kulit kayu dengan cara, kulit pohon yang sudah ditebang dari pohonnya dikuliti tipis-tipis, lalu ditumbuk, dibilas dan dijemur hingga kering.

Setelah itu baru dapat digunakan untuk melukis atau mengukir. Beberapa motif kulit kayu yang biasanya dilukis warga setempat, yakni motif yang bernuansa kekayaan alam, kearifan lokal, dan keadaan di sekitar lingkungan warga. Tapi tiap lukisan yang dihasilkan memiliki makna bagi keberlangsungan kehidupan warga setempat.

Namun menurut Corry, ada beberapa motif yang wajib dan sering digunakan warga dalam lukisan di kulit kayunya, yakni motif Yoniki. Motif ini merupakan lambang kebesaran dan keagungan seorang raja atau ondofolo di adat penduduk Sentani.

Yoniki adalah motif tertinggi untuk seluruh Ondofolo di Sentani. Motif lainnya, kata Corry, ada seperti Fouw. Fouw melambangkan ikatan bersama dalam kekeluargaan dan biasanya berbentuk bulat. »Kemudian juga ada motif Aye-Mehele, Iuwga, Kino, O Mane-Mane, Rasyin Rale, Kheleuw, Khaley, dan Kheyka,” katanya.

Sedangkan warna dasar atau dominan yang terdapat dalam lukisan kulit kayu itu adalah warna hitam warna yang dihasilkan dari jelaga atau arang kayu dan arang periuk, kemudian warna putih yang dihasilkan dari kapur untuk pinang sirih, dan warna merah yang dihasilkan dari batu kapur merah. Setiap warna-warna ini kemudian bisa dicampur dengan bahan lainnya, seperti getah pohon sukun, air dan minyak kelapa.

3. Perhiasan dari batu

Jika kebanyakan perhiasan terbuat dari perak atau emas, di Papua ditemukan juga perhiasan dari batu. Batu siklop merupakan bebatuan asal Gunung Siklop yang kerap digunakan jadi perhiasan.

Selain itu perhiasan tradisional khas Papua ini juga biasa dibuat dari sisa tubuh makhluk hidup, seperti tulang, kulit, bulu, dan gigi. Tak cuma sebagai aksesori, perhiasan ini juga jadi simbol pangkat dan jimat di banyak suku asli di Papua.