Kebudayaan Suku Dayak Yang Fenomenal

Suku dayak merupakan suku asli kalimantan yang sangat terkenal sampai ke manca negara, suku ini terkenal dengan keunikan etnik dan budayanya, suku dayak dikenal sebagai suku yang memiliki warisan magis yang kuat, dari hal tersebut maka ilmu-ilmu spiritual menjadi salah satu simbol khas yang dimiliki oleh suku yang mendiami pedalaman tanah Borneo. Sebenarnya Kata Dayak sendiri diberikan oleh orang-orang Melayu yang datang ke Kalimantan.

Orang-orang Dayak sendiri sebenarnya keberatan memakai nama Dayak, karena lebih diartikan negatif. Padahal, semboyan orang Dayak adalah “Menteng Ueh Mamut”, yang berarti seseorang yang mempunyai kekuatan gagah berani, serta tidak kenal menyerah atau pantang mundur. Dan berikut adalah penjabaran dari kekayaan yang dimiliki oleh suku dayak.

Artikel terkait:

1. Suku Masyarakat Dayak

Suku Dayak terbagi dalam berbagai sub-suku yang kurang lebih jumlahnya berkisar 405 sub-suku. Akan tetapi, secara garis besar Suku bangsa Dayak terbagi dalam enam rumpun besar, yaitu Apokayan (Kenyah-Kayan-Bahau), Ot Danum-Ngaju, Iban, Murut, Klemantan, dan Punan. Suku Dayak Punan merupakan Suku Dayak yang dikenal  paling tua mendiami Pulau Kalimantan. Berikut beberapa suku Dayak yang mendiami Pulau Kalimantan.

2. Bahasa Suku Dayak

Suku Dayak seperti yang telah dijelaskan terdiri atas beragam sub-suku yang memiliki dialek bahasanya sendiri-sendiri. Secara ilmiah, ada lima kelompok bahasa yang dituturkan oleh masyarakat dayak, yaitu Barito Raya, Dayak Barat, Borneo Utara, Dayak Banuaka, Melayik. Selain itu, bahasa Indonesia juga sering digunakan.

3. Kepercayaan Religi Suku Dayak

Sebagaimana yang terjadi pada wilayah lain di Indonesia. Perubahan dalam masyakat hutan dimulai dari perubahan pada sudut pandang dan mistifikasi antara sistem keyakinan yang dimiliki oleh suku. Hal tersebut dapat ditelusuri melalui ekspresi budaya, seperti cerita-cerita rakyat, yang bergeser pada penceritaan lainnya, yang lebih impor. Misalnya, cerita rakyat di Timur Tengah, antara nabi-nabi yang disebut Samawi, entah yang beragama Islam atau Kristen, yang membentuk peristiwa dan menggeser mitos kosmos (alam semesta).

Mitos yang dimiliki sejarah hidup suku Dayak, meskipun yang diceritakan dalam mitos tidak terikat oleh ruang dan waktu. Sejarah dalam konteks pemahaman suku Dayak sendiri sulit diverifikasi kedalam sisi sejarahnya dan tetap dianggap sebagai mitos sejarah karena diinternalisasi oleh manusia Dayak secara lisan. Namun, keberadaan mitos itu diyakini kebenarannya, dianggap suci. Berisi hal-hal yang indah. Pada umumnya, menjelaskan titah para dewa, dimitoskan untuk mengatur kehidupan masyarakat Dayak yang tampil pada berbagai kondisi seperti tradisi, ritual, dan arah kultus ditujukan. Namun, zaman tengah berubah.

4. Rumah Adat

Rumah adat yang dimiliki oleh suku dayak adalah rumah Betang atau rumah Panjang yaitu merupakan rumah adat khas dari Kalimantan yang terdapat di berbagai penjuru Kalimantan, terutama di daerah hulu sungai yang biasanya menjadi pusat pemukiman sku Dayak. Bentuk dan besar rumah Betang ini bervariasi di berbagai daerah. Ada rumah Betang yang panjangnya mencapai 150 meter dan lebar hingga 30 meter. Umumnya rumah Betang dibangun dalam bentuk panggung dengan rentang ketinggian tiga hingga lima meter dari tanah. Tingginya bangunan rumah Betang ini untuk menghindari datangnya banjir pada musim penghujan yang mengancam daerah-daerah di hulu sungai di Kalimantan.

Budaya Betang merupakan gambaran mengenai kebersamaan dalam kehidupan sehari-hari orang Dayak. Di dalam rumah Betang ini setiap kehidupan individu dalam rumah tangga dan masyarakat secara sistematis diatur melalui kesepakatan bersama yang dituangkan dalam hukum adat suku dayak. Keamanan bersama, baik dari gangguan kriminal atau berbagai makanan, suka-duka maupun mobilisasi tenaga untuk mengerjakan ladang. Nilai utama yang dimiliki dalam kehidupan di rumah Betang adalah nilai kebersamaan di antara para warga yang menghuninya, terlepas dari berbagai perbedaan yang mereka miliki. Dari sini kita mengetahui bahwa suku Dayak adalah suku yang menghargai suatu perbedaan. Suku Dayak menghargai perbedaan etnik, agama, ataupun latar belakang sosial.

5. Tarian Tradisional

Banyaknya suku dan subsuku Dayak menimbulkan beragamnya seni tari tradisional. Secara garis besar, berdasarkan vocabuler tari, bisa diklasifikasikan menjadi 4 kelompok. Sebagian besar tari Dayak adalah tari ritual dalam upacara sesuai dengan agama Kaharingan. Misalnya, tari Ajat Temuai Datai. Tarian ini sangat populer di kalangan masyarakat Dayak Mualang dan berfungsi sebagai upacara penyambutan terhadap pahlawan yang pulang mengayau.

Di masa lalu, mengayau berarti pergi membunuh musuh, namun sekarang mengalami pergeseran makna. Mengayau berarti ‘melindungi pertanian, mendapatkan tambahan daya jiwa, dan sebagai daya tahan berdirinya suatu bangunan’. Selain tari-tarian diatas ada beberapa tari dari suku dayak seperti berikut:

  • Tari Gantar, tarian ini menceritakan tentang orang menanam padi.
  • Tari Kancet Papatai/Tari Perang, tarian ini menggambarkan seorang pahlawan Dayak Kenyah berperang melawan musuhnya.
  • Tari Kancet Ledo/Tari Gong, tarian ini menggambarkan kelemah-lembutan seorang gadis bagaikan sebatang padi yang meliuk-liuk lembut ditiup angin.
  • Tari Kancet Lasan, Tarian ini menceritakan tentang kehidupan sehari-hari burung Enggang, burung yang dimuliakan oleh suku Dayak karena dianggap sebagai tanda keagungan dan kepahlawanan.
  • Tari Serumpai, tarian ini merupakan tarian dari suku Dayak Benuaq yang dilakukan untuk menolak wabah penyakit dan mengobati orang yang digigit anjing gila. Disebut tarian Serumpai karena tarian ini diiringi alat musik Serumpai (sejenis seruling bambu).
  • Tarian Belian Bawo, tarian ini berupa upacara Belian Bawo bertujuan untuk menolak penyakit, mengobati orang sakit, membayar nazar dan lain sebagainya. Setelah diubah menjadi tarian, tarian ini sering disajikan pada acara-acara kesenian lainnya. Tarian ini merupakan tarian dari suku Dayak Benuaq.
  • Tari Kuyang, tarian ini bermanfaat untuk mengusir hantu-hantu yang menjaga pohon-pohon besar dan tinggi agar tidak menggangu manusia atau orang yang menebang pohon tersebut.

6. Adat istiadat

Salah satu tradisi yang dimiliki oleh masyarakat Dayak adalah upacara adat naik dango. Naik dango adalah sebuah apresiasi kebudayaan masyarakat adat Dayak Kanayatn Kalimantan Barat yang rata-rata berprofesi sebagai petani. makna dari upacara adat naik dango bagi masyarakat suku Dayak Kanayatn adalah sebagai ungkapan rasa syukur atas karunia Jubata (Tuhan) kepada Talino (manusia) karena telah memberikan padi sebagai makanan manusia.

Ritual ini juga dijadikan sebagai media permohonan doa restu kepada Jubata untuk menggunakan padi yang telah disimpan di dango padi, agar padi yang digunakan benar-benar menjadi berkat bagi manusia dan tidak cepat habis. Selain itu, upacara adat ini sebagai pertanda penutupan tahun berladang dan sebagai sarana untuk bersilaturahmi untuk mempererat hubungan persaudaraan atau solidaritas.

Artikel terkait:

7. Kebiasaan Berburu Suku Dayak

Suku Dayak yang hidupnya merambah di hutan-hutan mempunyai cara unik dalam berburu binatang. Salah satunya adalah kebisaaan berburu, suku dayak tidak hanya diam menunggu binatang buruanya mendekati mereka akan tetapi mereka memanggil binatang yang diinginkannya untuk datang mendekati mereka, caranya tergantung dari binatang apa yang mereka buru.

Misalnya, untuk binatang rusa mereka akan menirukan suara anak rusa dengan menggunakan sejenis daun serai yang dilipat melintang dan ditiup. Hasil tiupannya akan muncul suara seperti suara anak rusa. Karena Rusa selalu melindungi anaknya, dengan mendengar suara ini dia merasa anaknya membutuhkan pertolongan.

8. Peninggalan Suku Dayak

Salah satu bentuk peninggalan dari masyarakat Dayak adalah Candi Agung. Bangunan ini adalah sebuah situs candi Hindu berukuran kecil yang terdapat di kawasan Sungai Malang, Kecamatan Amuntai Tengah, Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kalimantan Selatan. Candi ini diperkirakan peninggalan Kerajaan Negara Dipa yang keberadaannya se-zaman dengan Kerajaan Majapahit.

Artikel terkait:
Candi Agung Amuntai adalahpeninggalan Kerajaan Negaradipa Kahuripan yang dibangun oleh Empu Jatmika pada abad XIV Masehi. Dari kerajaan ini kemudian melahirkan kerajaan Daha di Negara dan Kerajaan Banjarmasin. Candi Agung diperkirakan telah berumur 740 tahun. Bahan material Candi Agung ini didominasi oleh batu dan Kayu. Kondisi dari Candi Agung masih sangat kokoh.

Di Candi ini juga ditemukan beberapa benda peninggalan sejarah yang usianya kira-kira sekitar 200 tahun SM. Batu yang digunakan untuk mendirikan Candi ini pun masih terdapat di sana. Batunya sekilas mirip sekali dengan batu bata merah. Namun, bila disentuh terdapat perbedaannya, lebih berat dan lebih kuat dari bata merah biasa.