Adat Istiadat Jawa Timur Upacara Labuhan Pantai Ngliyep dan Penjelasannya

Pantai Ngliyep adalah salah satu pantai yang terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Pantai Ngliyep yang terletak di Desa Kedungsalam, Kecamatan Donomulyo, Kabupaten Jawa Timur ini lebih dikenal dengan nama “Pantai Selatan” yang penuh dengan legenda tentang Nyi Roro Kidul.

Nyi Roro Kidul sendiri adalah dewi penjaga Pantai Selatan. Konon, Nyi Roro Kidul merupakan seorang putri kerajaan yang cantik jelita bernama Dewi Kadita. Namun, Raja Munding Wangi, ayah Dewi Kadita menginginkan anak laki-laki.

Akhirnya sang raja menikahi Dewi Mutiara untuk mewujudkan keinginannya. Dewi Mutiara menginginkan putranya menjadi raja dan mengusir Dewi Kadita. Hal tersebut mengundang kemurkaan sang raja.

Dewi Mutiara pun menempuh cara lain untuk mengusir Dewi Kadita, yaitu dengan mendukuni Dewi Kadita sehingga tubuhnya penuh dengan bisul dan berbau busuk.

Raja pun menganggap kehadiran Kadita akan membawa dampak buruk bagi kerajaannya sehingga ia mengirim putrinya ke luar negeri. Dewi Kadita pun pergi seorang diri hingga akhirnya tiba di Pantai Selatan.

Ia yang melihat Pantai Selatan memiliki air jernih dan tenang segera melompat ke dalam air dan berenang. Lalu penyakitnya mulai hilang dan ia menjadi penguasa Pantai Selatan.

Secara keseluruhan tradisi Labuhan memiliki makna untuk mencari keselamatan bagi para masyarakat dengan cara melakukan tradisi tersebut. Dan sebagai ungkapan rasa syukur atas diberikannya keselamatan dan sebagai bentuk tradisi persembahan kepada Nyai Roro Kidul, penguasa laut selatan yang dimitoskan oleh masyarakat pendukungnya. adat istiadat suku jawa upacara kebo keboan bisa dijadikan sebagai informasi tambahan.

Di dalam tradisi labuhan pantai ngliyep Malang adanya tokoh mitologi Mbah Atun yang merupakan cikal bakal dari terjadinya tradisi labuhan. Menurut Mbah Soer, seorang tokoh masyarakat desa Kedungsalam, upacara labuhan ini dimulai pada tahun 1816.

Pencetus upacara ini bernama Mbah Aton, beliau adalah seorang lurah prajurit dari kerajaan Mataram islam yang di utus oleh Raja mataram pada saat itu untuk memimpin prajurit Mataram yang sedang melakukan babat alas di daerah pesisir pantai selatan.

Mbah aton melakukan kegiatan ini karena beliau mendapatkan amanat dari Ki Agung Darso, beliau adalah seorang pasukan yang berjasa besar dalam pembabatan alas di daearah pantai Ngliyeb, khususnya desa Kesdungsalam. adat istiadat suku jawa upacara selikuran bisa anda jadikan sebagai informasi tambahan.

Alasan mengapa Ki Agung Darsa menyuruh Mbah Aton melakukan upacara labuhan ini adalah bertemunya bliau dengan Ratu pantai selatan Nyai Roro Kidul, dalam pertemuannya ini Ki Agung Darso meminta kepada Nyai Roro Kidul untuk melindungi daerah babatan alasnya dari berbagai macam musibah dan gangguan dari makhluk halus jahat yang dapat mengganggu kehidupan kehidupan rakyat di daerah babatan beliau.

Namun untuk melakukan hal itu Nyai Roro kidul menberikan perjanjian, yang isinya adalah setiap tanggal 14/15 bulan mulud harus diadakan pengorbanan kepala, jeroan, dan darah kambing. Sejak itulah kegiatan upacara ini mulai dilakukan dan terus berlangsung sampai sekarang.

Upacara Tradisional Labuhan di Pantai Ngliyep di bagi 2 (dua) tahap, kegiatan persiapan dan kegiatan pelaksanaan. Persiapan yang dimaksud disini adalah kegiatan-kegiatan sebelum upacara dimulai, dalam hal ini ada 2 (dua) macam yaitu: kegiatan yang dilakukan oleh pamong desa atau pejabat setempat, dan kegiatan yang dilakukan oleh ahli waris/ keluarga keturunan Mbah Atun beserta warga masyarakat.

Yang digunakan untuk sesaji atau kurban ini hanyalah bagian kepala, jeroan, dan darahnya saja, kenapa demikian, karena daging dari kambing tersebut nantinya akan digunakan uantuk makan besar masyarakat desa Kedungsalam yang baru saja melakukan tradisi labuhan ini.

Selain kammbing ada juga yang mengguankan tujuh macam buah dan tujuh macam bunga untuk dilabuhkan sebagai sesembahan kepada Nyai Roro Kidul, dalam kaitannya dengan hal ini ada jenis jenis buah dan bunga yang digunakan untuk di labuhkan. Untuk buah keriteria yang harus dilabbuahkan adalah tiga buah wajib yang berjumlah ganjil dengan jumlah minimal tujuh.

Rangkaian kegiatan Upacara Tradisional Labuhan di Pantai Ngliyep itu, dalam pelaksanaannya dapat diperinci sebagai berikut:

  • Kegiatan malam tirakatan

Malam hari sebelum diselenggarakan Upacara Tradisional Labuhan, dimulai pada pukul 00.01 tanggal 13 malam tanggal 14 Maulud dan berlangsung hingga fajar menyingsing, kurang lebih pukul 04.30 pagi.diikuti hampir seluruh peserta upacara.

Berkumpul di rumah peninggalan Mbah Atun. dipimpin oleh sesepuh/penanggungjawab upacara yaitu Mbah Supangat, semalam suntuk tidak tidur (melekan) disertai memanjatkan do’a, memohon kepada yang Maha Kuasa.

Agar Upacara Labuhan yang akan dilaksanakan esok sorenya berjalan dengan lancar dan tidak ada halangan suatu apa. sebagian di antara mulai bekerja, khususnya memilah-milah bumbu dan menyiapkan perlengkapan untuk keperluan memasak esok harinya.

  • Kegiatan memasak dan mempersiapkan sesaji

Termasuk kegiatan yang cukup penting Pembakaran kemenyan/dupa oleh pemimpin upacara, di lumbung peninggalan Mbah Atun kurang lebih pukul 05.00, sebagai upaya untuk mengadakan kontak gaib dengan penguasa laut Selatan, Mbok Nyai Ratu Mas. untuk meminta restu, agar kegiatan berjalan dengan lancar, tidak ada halangan.

Sekaligus dimulainya kegiatan memasak dan menyiapkan sesaji.menyusul kegiatan menyembelih korban, memasak dan sekaligus menyiapkan sesaji. kegiatan-kegiatan ini unik dan menarik, karena semua kegiatan tersebut, termasuk memasak, ditangani oleh kaum lelaki.

Mereka cukup terampil, sehingga semua kegiatan selesai sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Sesaji ada 2 (dua) macam, yaitu sesaji yang akan dilabuh dan sesaji untuk selamatan setelah Upacara labuhan.

Sesaji yang akan dilabuh secara garis besar terdiri dari:  kepala, kulit, kaki, dan sedikit darah hewan yang dijadikan korban (terutama yang berkaki empat); nasi tumpeng beserta keleng-kapannya; kinangan lengkap; bumbu masak lengkap; dan lain sebagainya.

Sedangkan sesaji yang akan digunakan untuk selamatan setelah Upacara Labuhan adalah nasi ambeng beserta lauk-pauknya, termasuk daging korban, baik  yang dimasak sate maupun yang dimasak gule.

  • Kegiatan melabuh sesaji di Pantai Ngliyep

Melabuh sesaji di pantai Ngliyep awalnya sederhana. Namun sejak tahun 1979, sejak Pemerintah Daerah Tingkat II Kabupaten Malang memanfaatkan untuk pengembangan wisata, maka kegiatan melabuh sesaji di Pantai Ngliyep mengalami perkembangan, namun tidak me¬ngurangi sifat sakralnya.

Penambahan acara yang bersifat baru penyam¬butan secara resmi oleh Pemerintah Daerah Tingkat II Kabupaten Malang yang ditempatkan di Pesanggrahan Khusus. Dalam acara penyambutan ini, Penyambutan oleh Bupati Kepala Daerah Tk. II Kabupaten Malang atau yang mewakili, juga dibacakan sejarah ringkas awal mulanya Upacara Labuhan.

Selanjutnya para peserta upacara membawa sajian yang akan dilabuh menuju ke kaki Gunung Kombang untuk mengadakan Upacara Labuhan. Seorang sesepuh di desa tersebut sebagai pimpinan upacara, segera membakar kemenyan dan memanjatkan do’a atas nama para peserta yang intinya memohon kepada Mbok Nyai Ratu Mas agar korbannya diterima serta mereka diberi keselamatan dan murah rejeki. Mulailah sesepuh melabuh sesajian ke dalam laut yang diikuti oleh para peserta lainnya, terutama yang ikut berkorban.

  • Kegiatan selamatan penutup

Dan kegiatan yang terakhir ialah ditutup dengan upacara selamat oleh semua warga yang hadir.