Adat Istiadat Suku Jawa Saat Kematian dan Penjelasannya

Bagi sobat yang lahir dan besar di kalangan suku Jawa, pastinya sobat sangat mengetahui bahwa suku Jawa sangat kaya dengan adat istiadat. Sebut saja ada adat istiadat dalam suku Jawa saat terjadi kehamilan, kelahiran, prosesi pernikahan sampai pada kematian sekalipun.

Namun pada kesempatan kali ini, saya tidak akan membahas mengenai semua adat istiadat suku Jawa tersebut. Namun, hanya satu dari adat istiadat suku Jawa tersebut yang akan saya bahas. adat istiadat suku jawa saat kehamilan bisa dijadikan sebagai informasi tambahan.

Apakah sobat tahu mana kira-kira adat istiadat suku Jawa yang akan saya bahas. Ya, tepat sekali. Pada kesempatan kali ini, saya akan memberikan sedikit ulasan mengenai adat istiadat suku Jawa saat kematian.

Menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI), adat didefinisikan sebagai aturan (perbuatan) yang lazim di turut atau dilakukan sejak dulu kala. Adat adalah wujud gagasan kebudayaan yang terdiri dari nilai-nilai budaya, norma, hukum, dan aturan-aturan yang satu dengan yang lainnya berkaitan menjadi satu sistem atau kesatuan.

Sementara istiadat di definisikan sebagai suatu adat (kebiasaan). Dengan demikian, adat istiadat adalah himpunan kaidah-kaidah sosial yang sejak lama ada dan telah menjadi kebiasaan (tradisi) di dalam masyarakat. tradisi nyiar lumar di ciamis bisa dijadikan sebagai informasi tambahan.

Di dalam suku Jawa, terdapat adat istiadat saat terjadi kematian. Lantas, seperti apa adat istiadat tersebut? Berikut adalah sedikit ulasan mengenai adat istiadat suku Jawa saat kematian, antara lain:

  • Brobosan

Adat istiadat suku Jawa saat kematian, yang pertama yaitu brobosan. Brobosan adalah ritual yang dilakukan oleh masyarakat Jawa ketika ada kerabatnya yang meninggal.

Brobosan sendiri dilakukan dengan cara berjalan di bawah keranda mayat yang sedang diangkat tinggi-tinggi. Kegiatan brobosan ini dilakukan sebelum jenazah di berangkatkan ke makam.

Biasanya orang yang melakukan brobosan adalah anak, cucu, atau kerabat dekat dari orang yang meninggal. Ritual tersebut berdasarkan pepatah yang mengatakan “mikulduwur, mendhem jero “ atau menjunjung tinggi dan juga mengenang jasa-jasa orang yang telah tiada tersebut.

Tujuan dari tradisi brobosan ini ada 2,yang pertama yaitu menghormati orang yang telah meninggal, dan yang kedua yaitu mendapatkan tuah atau keberuntungan dari jenazahnya. Tata cara melakukan brobosan yaitu bisanya dilakuakan di depan rumah.

Orang-orang yang bertugas membawa keranda akan mengangkat tinggi-tinggi keranda tersebut kemudian dia dipanjatkan. Setelah selesai berdoa, ritual tersebut dipimpin oleh anggota keluarga yang paling tua. Mereka melewati keranda dengan cara berjalan bergantian.

Masing-masing diulangi sampai 3 kali. Berawal dari sebelah kanan, kemudian sebelah kiri lalu ke depanhingga kembali lagi ke sebelah kanan, proses tersebut dilakukan hingga 3 kali.

  • Tradisi mendak kematian

Adat istiadat suku Jawa saat kematian yang kedua yaitutradisi mendak kematian. Mendak kematian adalah istilah yang digunakan untuk memperingati kematian setelah satu tahun pasca kematian.

Sebenarnya masih banyak tradisi Jawa yang lain dalam memperingati kematian, mulai dari nelungdino (3 hari), mitongdino(7 hari), patang puloh (40 hari), nyatus (100 hari), mendak pisan (1 tahun pertama), mendak pindo (2 tahun pertama) dan yang terakhir nyewu (1000 hari).

Nah, demikianlah sedikit ulasan mengenai adat istiadat suku Jawa saat kematian yang dapat saya sampaikan dalam artikel yang berhasil saya buat pada kesempatan kali ini. Terima kasih, karena sobat telah meluangkan waktu sejenak untuk sekedar membaca artikel ini.

Semoga saja dengan adanya artikel ini, saya dapat memberikan sedikit manfaat bagi sobat. Dan semoga melalui artikel ini pula, juga dapat menambah wawasan serta pengetahuan bagi sobat.

Mohon maaf apabila ada kata-kata yang kurang berkenan di hati sobat dalam penulisan artikel ini. Sampai jumpa lagi di lain kesempatan, tentunya pada artikel-artikel saya selanjutnya. Sekian dan Terima kasih.