Budaya Ubrug di Banten dan Penjelasannya

Bagi sobat yang ingin menambah wawasan dan pengetahuan yang berkaitan dengan kebudayaan mungkin sobat perlu mempelajari salah satu kebudayaan yang ada di daerah Banten. Ya, kebudayaan tersebut adalah Ubrug. Lantas, seperti apa sih budaya Ubrug yang ada di daerah Banten ini?

Jika sobat penasaran, maka sobat perlu lanjut membaca artikel ini. Mungkin nanti setelah sobat selesai membaca artikel ini sobat akan lebih tahu mengenai budaya dari Banten ini. Karena pada kesempatan kali ini saya akan memberikan  sedikit ulasan mengenai budaya ubrug di Banten.

Istilah ubrug diambil dari bahasa Sunda yaitu saubrug-ubrug yang memiliki arti campur baur. Dalam pelaksanaannya, kesenian ubrug ini kegiatannya memang bercampur, yaitu antara pemain atau pelaku dengan nayaga yang berada dalam satu tempat atau arena. pakaian adat banten bisa anda jadikan sebagai informasi tambahan.

Namun, juga ada pendapat bahwa ubrug diambil dari kata sagebrug yang artinya apa yang ada atau seadanya dicampurkan, maksudnya yaitu antara nayaga dan pemain lainnya bercampur dalam satu lokasi atau tempat pertunjukan.

Dalam kamus bahasa Sunda, kata ubrug memiliki arti bangunan darurat, tempat bekerja sementara, untuk beberapa hari saja misalnya untuk kepentingan hajatan atau pesta. kesenian pantun bambu bisa anda jadikan sebagai informasi tambahan.

Kemudian kata tersebut digunakan sebagai nama kesenian, mungkin karena pemain ubrug suka berpindah-pindah tempat dan membuat bangunan sementara manakala mereka mengadakan suatu pertunjukan.

Oleh karena itu orang-orang menyebutnya sebagai pemain ubrug, pemain yang tinggal di tempat darurat. Berikut adalah sedikit ulasan mengenai budaya ubrug di Banten.

  • Peralatan yang dibutuhkan saat menampilkan seni ubrug

Budaya ubrug di Banten adalah seni teater rakyat yang juga diiringi dengan musik. Lantas apa saja peralatan yang biasa di gunakan dalam melakukan pertunjukan ubrug?

Peralatan atau waditra yang digunakan saat pelaksanaan seni ubrug adalah kendang besar, kendang kecil, gong kecil gong angkeb (dahulu di sebut dengan katung anggun atau betutut), bonang, kecrek, rebab dan ketuk.

Alat-alat ini dibawa oleh satu orang yang disebut sebagai tukang kanco. Hal ini karena alat pemikulnya bernama kanco, yaitu tempat untuk menggantung alat-alat seni ubrug.

  • Busana dalam seni ubrug

Budaya ubrug di Banten juga memiliki busana yang beragam. Hal ini disesuaikan dengan peran masing-masing tokoh yang di bawakan nanti saat akan melakukan pertunjukan.

Hal ini tentunya bermaksud atau memiliki tujuan agar peran lebih hidup sehingga dapat menghasilkan penampilan yang baik di mata penontonnya. Busana-busana tersebut meliputi, juru nadung yang mengenakan pakaian hari lengkap dengan kipas yang digunakan pada waktu nandung.

Kemudian tokoh yang memerankan pelawak atau bodor, pakaiannya disesuaikan  dengan fungsinya sebagai pelawak yang harus membuat geli penonton. Bagi nayaga tidak ada ketentuan, hanya saja harus mengenakan pakaian yang rapi dan sopan.

  • Tempat pentas seni ubrug

Budaya ubrug di Banten biasanya di gelar atau dilaksanakan pada sebuah halaman yang cukup luas dengan sebuah tenda seadanya cukup dengan daun kelapa atau rumbia. Pada saat pertunjukan berlangsung, posisi penonton mengelilingi arena.

Baru sekitar tahun 1955 budaya atau kesenian ubrugmenggunakan panggung atau ruangan, baik yang tertutup atau terbuka dimana para penonton dapat menyaksikan dari segala arah.

Nah, demikianlah sedikit ulasan mengenai budaya ubrug di Banten yang dapat saya sampaikan dalam artikel uang berhasil saya buat pada kesempatan kali ini. Terima kasih, karena sobat telah meluangkan waktu sejenak untuk sekedar membaca artikel ini.

Semoga saja dengan adanya artikel ini, saya dapat memberikan sedikit manfaat bagi sobat. Dan semoga melalui artikel ini pula, juga dapat menambah wawasan serta pengetahuan bagi sobat.

Mohon maaf apabila ada kata-kata yang kurang berkenan di hati sobat dalam penulisan artikel ini. Sampai jumpa lagi di lain kesempatan, tentunya pada artikel-artikel saya selanjutnya. Sekian dan Terima kasih.