Kebudayaan Suku Aru yang Fenomenal

Indonesia merupakan salah satu negara di dunia ini yang memiliki banyak sekali keragaman dengan jumlah suku yang sangat banyak. Menurut sensus yang dilakukan oleh badan pusat statistik indonesia, jumlah suku bangsa yang terdapat di Indonesia pada tahun 2010 adalah sebanyak 1340 suku bangsa. Dari semua suku bangsa yang ada memiliki unsur unsur kebudayaan, kesenina, kepercayaan, dan adat istiadat yang pastinya bisa berbeda beda satu sama lainnya.

Dengan kondisi suku bangsa yang cuku banyak dan beraneka ragam yang dimiliki oleh Indonesia, menjadikan suku bangsa tersebut sangat cocok dijadikan bahan untuk mempelajari berbagai macam seni budaya dan cabang cabang seni lainnya dari setiap suku bangsa yang ada. Dalam artikel ini, kita akan mempelajari salah satu suku yang cukup fenomenal yakni suku aru. Suku aru merupakan suku bangsa di wilayah Indonesia yang mendiami kepulauan Aru di maluku tenggara, sebuah kepulauan yang dikaruniai potensi sumber daya alam yang melimpah.

Suku aru secara budaya dan sosial merupakan suku yang termasuk kedalam rumpun malanesia pasifik dan terdiri dari 16 suku asli dan suku lainnnya di maluku, jawa, dan china. Menurut sejarahnya, suku aru di maluku sering dikaitkan berasal dari pulau eno karang, sebuah pulau di maluku yang terkenal dengan keindahan karangnya. Kekayaan alam aru menjadi daya tarik negara lain untuk datang ke kepulauan aru seperti Tionghoa dan belanda. Belanda datang ke kepulauan aru untuk menjajah sedangkan Tionghoa datang untuk berdagang dan bekerja sama sehingga bangsa Tionghoa lah yang diterima dan sampai saat ini mempengaruhi berbagai macam kebudayaan yang muncul di suku aru. Berikut beberapa kebudayaan suku aru yang telah mengakar sejak lama.

  1. Bahasa 

Keberagaman jumlah suku dari suku aru juga berpengaruh terhadap kebudayaan suku aru contohnya dalam hal bahasa. Suku Aru tercatat memiliki beberapa bahasa yang dijadikan sebagai alat komunikasi mereka; Bahasa Barakai, bahasa Batuley, bahasa Karey, bahasa Koba, bahasa Kompane, bahasa Lola, bahasa Larong, bahasa Manombai, bahasa Mariri, bahasa Tarangan, dan bahasa Ujir.

  1. Tambaroro

Sama halnya dengan kebudayaan suku asmat di papua yang memiliki ritual adat tersendiri, suku aru juga memiliki salah satu seni pertunjukan dan ritual upacara ada yang paling dikenal dari suku aru yakni tambaroro. Kesenian adat tambaroro merupakan sebuah seni pertunjukan yang didalamnya berisikan nyanyian, tari tarian, dan bermain alat musik. Kegiatan ini biasanya dilangsungkan untuk acara penyambutan tamu, peresmian acara adat dan belang (perahu adat), dan acara ritual adat lainnya.

Kesenian adat tambaroro ini akan dilaksanakan selama tiga malam berturut turut. Masyarakat desa longgar dan hampir di desa desa adat suku aru lainnya, selalu membuat sebuah tempat khusus yang diperuntukkan untuk mengelar acara Tambaroro yang disebut senalar. Senalar terdiri dari 5 susunan kayu yang dibuat memanjang sebagai tempat duduk bagi para pemain musik dan penyanyi. Dalam prosesnya, para lelaki dan perempuan akan menari dan bernyanyi serta diiringi oleh alunan musik traditional. Penari wanita akan mengenakan baju putih dengan membawa sapu tangan dan akan mengeluarkan suara melengking untuk mengiringi lagu dan tarian.

  1. Lagu Adat

Sebagai pengiring dalam upacara atau ritual adat tambaroro akan ada beberapa lagu yang dinyanyikan oleh penyanyi disesuaikan dengan kebutuhan acara. Secara umum lagu adat dalam acara tambaroro ada 3 yakni lagu saba, lagu bela, dan lagu rora. Lagu saba merupakan lagu sejarah yang liriknya menceritakan sebuah peristiwa sejarah tertentu dan akan dinyanyikan pada acara buka sasi, penurunan belang, dan upacara panas pela. Lagu bela merupakan lagu yang syairnya melantunkan cerita leluhur yang menceritakan tentang tanda tanda alam yang ada di laut maupun di darat dan akan dinyanyikan pada acara upacara adat penggantian kayu pamali, penentuan waktu melaut, dan bercocok tanam. Sedangkan lagu rora merupakan lagu yang berisikan ucapan rasa syukur kepada pencipta dan leluhur serta dinyanyikan pada acara pernikahan dan selamatan.

  1. Mata pencaharian

Sebagian besar masyarakat aru yang tinggal di daerah pesisir hidup sebagai seorang nelayan. Sebagian lainnya melakukan budidaya rumput laut, berternak kerang mutiara, dan hanya sebagian kecil dari masyarakat suku aru yang hidup sebagai petani serta peramu sagu. Makanan khas dari orang aru yang terkenal adalah umbi umbian dan makanan olahan dari sagu.

  1. Tari cakalele

Selain tambaroro, kebudayaan suku aru dalam bidang kesenian lainnya adalah tari cakalele yang merupakan salah satu tarian traditional Indonesia. Tari cakalele ini merupakan tarian perang sehingga para penari prianya akan membawa parang pada tangan kanan dan tameng pada tangan kiri. Sebagai tarian besar dari masyarakat maluku, tari cakalele ini mengandung banyak makna didalamnya. Warna merah dari baju penari pria melambangkan sikap kepahlawanan dan keberanian masyarakat aru untuk melawan penjajah dengan perang. Parang sebagai tanda harga diri dan martabak dan tameng sebagai tanda protes agar masyarakat aru diperlakukan dengan adit.

Itulah beberapa penjelasan terkait dengan kebudayaan nusantara yang khususnya merupakan kebudayaan dari suku aru yang tinggal di maluku. Dalam blog ilmuseni.com ini ada beberapa kebudayaan lainnya yang dapat dipelajari seperti kebudayaan suku alas dan kebudayaan suku bangsa lainnya.