Kesenian Terbang Gede dan Penjelasannya

Istilah terbang memiliki arti yang variatif di antaranya adalah terbang merupakan waditra terbuat dari kayu yang melingkar berbentuk silinder berdiameter 40-60 cm dengan tinggi 10-15 cm, bentuknya mirip dengan rebana. Kesenian ini dinamakan sesuai dengan waditra yang digunakan yaitu terbang.

Untuk bagian mukanya ditutup dengan kulit. Istilah terbang diartikan ngapung, hal tersebut dikarenakan ada anggapan sederhana bahwa karena Allah SWT berada di langit ke tujuh maka agar sampai ke sana harus terbang (ngapung).

Maksud simbol tersebut berarti menghubungkan batiniah antara manusia dengan Allah SWT yang menguasai dan menciptakan alam beserta isinya. Realisasinya disimbolkan dengan menggunakan alat musik yang dinamakan alat musik yang dinamakan genjring besar (terbang).

1.Fungsi Kesenian

Untuk fungsi ritual hanya digunakan oleh masyarakat luas pada acara khitanan, perkawinan, dan juga upacara kenegaraan. Kesenian terbang gede memiliki fungsi sebagai sarana hiburan, dakwah, dan upacara ritual.

Pada mulanya kesenian terbang gede digunakan dalam rangka penyebaran agama Islam, tetapi kemudian berkembang menjadi upacara ritual seperti syukuran bayi, ruwatan, dan hajat bumi.

Dalam upacara ini digunakan sesajian beserta macam-macam aturannya seperti tidak boleh hari Jumat (larangan poe dan kala), tempatnya tidak boleh sembarangan misalnya harus di ruangan yang dilengkapi sesajian. seni musik dogdog lojor bisa dijadikan sebagai informasi tambahan.

2. Sejarah Perkembangan

Pada mulanya agama Islam dipandang sebagai agama baru di kalangan masyarakat. Oleh karena itu untuk pendekatan maka di ciptakanlah alat musi terbang gede. Kesenian terbang gede merupakan kesenian yang tumbuh dan berkembang pada masa penyebaran agama Islam.

Pada tahun 1450-1500, sekitar abad ke XV masyarakat Jawa Barat dan Banten masih beragama Hindu. Kemudian Sunan Gunung jati mengutus lima orang dari Cirebon, yaitu: Madapati, Sacapati, Margapati, Jayapati, dan Wargakusumah untuk menyebarkan agama Islam, salah satunya yaitu dengan cara pementasan kesenian meniru kesenian yang berkembang di Tanah Makkah. seni musik tarling bisa dijadikan sebagai informasi tambahan.

Kesenian rakyat ini dibawa oleh seorang wali yang bernama Syarif Hidayatullah dengan gelar Sunan Gunung Jati, hidupnya menyebarkan agama Islam di Jawa Barat dan Banten dengan di bantu oleh murid-muridnya.

Kemudian kelima utusan membuat alat musik genjring yang berasal dari potongan kayu mirip yang ada di Tanah Makkah. Dan alat musik tersebut dinamakan terbang, kemudian dubuat lima buah terbagang sebagai simbol dari rukun Islam yakni, Syahadat, Salat, Zakat, Puasa, dan Ibadah haji. Kemudian dibuatlah satu buah kendang besar sebagai pelengkap, karena merasa kurang sempurna.

Dan kesenian ini dapat diterima dan tumbuh berkembang di tengah-tengah masyarakat karena pada saat itu para pemain tidak mengharapkan imbalan apa-apa selain berkah dan pahala dari Allah SWT.

Selanjutnya cucu Sunan Gunung Jati yang bernama Maulana Yusuf pada tahun 1570-1580 dan oleh puteranya yang bernama Abdulfatah (Sultan Ageng Tirtayasa), terbang ini dijadikan juga sebagai alat penyebaran agama Islam.

Dalam pertunjukan terbang ini terdapat lagu-lagu yang mengiringi seperti syair solawat nabi pada saat Aqiqahan yaitu pada fase menggunting rambut dan acara khitanan.

Kesenian ini jadi santapan utama masyarakat Banten pada saat peringatan hari-hari besar Islam seperti Idul Fitri, Idul Adha, Muharam, Aqiqah, dan juga Rajaban.

Syair bila pada saat perkawinan yaitu ketika pengantin laki-laki memberikan kue kepada pengantin perempuan. Syair fakam dilantunkan pada saat Maulid Nabi Muhammad SAW, syair turu lare dibawakan pada upacara pengiring pengantin, dan syair nabi salawe dilantunkan pada waktu ngaruwat rumah yang baru dibangun.

3. Pemain dan Waditra

Saechu adalah pimpinan rombongan yang mengatur jalannya acara. Pemain kesenian terbang gede ini terdiri atas tiga kelompok yaitu sarchu, pangrawit, dan vokalis. Pada pangrawit terdiri atas 6 orang laki-laki dan 5 orang sebagai penabuh terbang serta 1 orang penabuh gendang.

Untuk penabuh “terbang gede”, alat ini berfungsi sebagai gendang, penabuh “penganak” berfungsi untuk tingtit, penabuh “kempul” berfungsi sebagai kempul, penabuh “koneng”, alat ini mempunyai fungsi kecrek dan vokalis terdiri dari atas laki-laki yang berjumlah 7 sampai 15 orang, dan rata-rata sudah berusia lanjut. Untuk syarat menjadi vokalis harus memiliki dasar kejiwaan yang kuat dan akhlak mulia.