Tari Sampiung dan Penjelasannya

Happy weekend readers gimana nih weekend kalian kali ini seru kah atau membosankan. Seperti yang sudah saya beritahu kemarin bahwa akhir-akhir ini saya akan menjelaskan tarian yang ada di Jawa Barat. Negara Indonesia yang terdiri dari seribu lebih suku bangsa, dimana pasti terdapat macam macam kebudayaan di Indonesia di tiap masing masing daerahnya.

Budaya yang ada juga beragam jenisnya, ada tarian tradisional, alat musik, kebiasaan atau adat istiadat, dan lain lain. Meskipun suku bangsa di Negara Indonesia banyak, tapi kita tetap satu jua sebagaimana mestinya seperti  semboyan negara kita “Bhinneka Tunggal Ika” yang mana maksudnya Berbeda-beda tetapi tetap satu jua. Marilah kita terus melestarikan kebudayaan yang ada agar tidak tergantikan dan tercampur oleh budaya budaya Barat yang belum tentu sesuai dengan kepribadian yang dimiliki oleh Bangsa Indonesia yakni keunikan tari nusantara.

Sejarah Tari Sampiung

Tari sampiung  adalah salah satu jenis jenis tarian Jawa Barat dan berasal dari Bandung. Tarian yang dimasukkan ke dalam elemen budaya sebagai suatu seni pertunjukkan. Penyebab diberi sebutan Tari Sampiung karena lagu pengiring tarian berjudul sampiung. Dan terkadang ada orang yang menyebutnya Tari Ngekngek,

lantaran alat musik pengiringnya adalah Tarawangsa (alat musik gesek seperti rebab) yang biasa disebut Ngekngek. Dan ada juga yang menyebutnya Tari Jentreng, karena alat musik pengiringnya disebut juga Jentreng, yiatu alat petik berupa kecapi dengan ukuran kecil. Tarian ini ditampilkan secara tertutup seperti di dalam rumah dengan lapangan yang luas semacam bale pendopo sebab memiliki fungsi seni pertunjukan bagi masyarakat.

Pada zaman dahulu tarian ini biasa dipertunjukkan pada upacara hari hari penting seperti Seren Taun, Ngaruat Lembur, Pesta Panen, Rebo Wekasan, bahkan pada hari raya kenegaraan sekalipun seperti pada perayaan Ulang Tahun Kemerdekaan Indonesia dan contoh budaya daerah Indonesia beragam.

Penarinya terdiri dari wanita dan juga pria. Pertunjukkan tarian ini penari mengelilingi penabuh dengan tidak meninggalkan kekhasan tarian tradisional di depan para pemain pengiring terdapat sesajen. Kostum yang digunakan juga seperti tarian yang lainnya, ialah kebaya, kain batik atau sinjang, slendang serta rambut yang disanggul.

Upacara Ngaruat Lembur

Upacara Ngaruat atau Ruwatan ialah suatu kebiasaan yang dilakukan di Jawa Barat dimana bertujuan untuk pengucapan rasa syukur kepada sang pencipta dan untuk mendoakan arwah para Raja Sunda yang sudah pergi meninggalkan terlebih dahulu, dimana kita sebagai penerus atau generasi saat ini.

Ngaruat sendiri berhubungan dengan hal hal mistis, mengapa demikian? Dikarenakan sudah menjadi hal yang sangat biasa bagi masyarakat Sunda dalam mengikuti upacara atau peringatan yang dilakukan seperti memberi doa untuk para raja terdahulu yang pernah memerintah dengan banyak sajian. Dimana bukan hal musyrik, hanya saja semata sebagai ungkapan rasa terima kasih kepada Sang Pencipta.

Ketua Sunda R. Kardata Puradiredja pernah mengatakan masalah ruwatan. Menurut pemikiran beliau, kata ruat berasal dari bahasa sanskerta yang berarti patah (potong). Jadi ngaruat memiliki arti mematahkan akibat-akibat buruk semacam malapetaka, bala bencana dari pembawaan sesuatu ataupun seseorang yang telah ditentukan. Meskipun ngaruat berlandasan cerita wayang, namun tata caranya sudah ada sebelum  msyarakat mengetahui wayang.

Rebo Wekasan

Rebo ialah nama hari dalam Bahasa Jawa, yaitu Rabu. Sedangkan Wekasan adalah Bahasa Jawa yang artinya pungkasan atau akhir. Jadi Rebo Wekasan menurut bahasa artinya Hari Rabu terakhir. Tetapi sebagai tradisi istilah yang dikenal maksudnya ialah Hari Rabu terakhir dari Bulan Safar, yaitu bulan kedua dari dua belas bulan penanggalan Hijriah. Tujuan peringatan ini adalah untuk menolak bencana.

Kegiatannya berkisar pada berdoa, sholat sunnah, bersedekah, dan lain lain. Cara memperingatinya tiap daerah pun berbeda beda. Rebo Wekasan itu bersumber dari pernyataan orang-orang shaleh (Waliyullah). Penulis kitab suci tidak menyebutkan adanya bukti dari para sahabat dan ulama padamasa silam yangmenyebutkan akan hal ini. Tetapi pada sumber syariat Islam ialah Al-Qur’an dan Sunnah Nabi, tentunnya berita semacam ini tidak lantas untuk dipercaya. Pada dasarnya bencana yang ada di muka bumi ini sudah ketentuan dari Allah SWT.

Demikian yang dapat saya paparkan mengenai materi Tari Sampiung. Semoga bermanfaat bagi para readers yang membacanya dan mendapatkan wawasan yang luas. Jangan lupa ya untuk update terus di topik-topik terbaru berikutnya. Salam hangat untuk para readers. Dan jangan lupa untuk bahagia buat semuanya.