Papua yang merupakan provinsi paling timur Indonesia, selain terkenal dengan destinasi wisatanya yang sangat memanjakan mata dan budayanya yang masih kental dengan kehidupan tradisional menarik perhatian para wisatawan bukan hanya dari dalam negri tetapi juga dari luar negri. Selain itu Papua juga terkenal dengan berbagai tarian tarian tradisional yang kerap dijadikan pertunjukan budaya, sebutlah tarian sajojo yang mendunia, ternyata selain tari sajojo tanah Papua memiliki banyak lagi tarian tradisional, berikut merupakan tarian tradisional papua.
Artikle terkait:
1. Tari Sajojo
Tarian sajojo sangat terkenal sebagai tarian penyambut tamu yang sering dipertunjukan dalam acara penyambutan tamu maupun acara lainnya di Papua. Tarian ini mulai terkenal sekitar tahun 1990. Sejak saat itu, tarian ini banyak dilakukan oleh masyarakat Indonesia. Berbagai alat musik tradisional Papua seperti tifa juga dipergunakan untuk mengiringi tari sajojo ini. Musik yang menjadi pengiring tari sajojo ini makin berkembang bahkan diantaranya sudah menggunakan musik modern yang banyak dikenal masyarakat. Penari sajojo menari dengan cara melompat dan menghentak-hentakkan kakinya.
2. Tari Yospan
Tari Yospan merupakan sejenis tarian pergaulan muda-mudi di daerah Papua. Tarian ini muncul sekitar tahun 1960 dan bahkan pernah populer dan dipergunakan sebagai gerak pada senam kesehatan jasmani.Gerakan tari Yospan terinspirasi saat pesawat-pesawat bermesin jet mulai mendaratkan rodanya di Biak sekitar 1960 an saat terjadi konflik antara Kerajaan Belanda dengan Pemerintah Indonesia.
Gerak tarian ini yaitu gerakan dasar yang penuh dinamik dan menarik. Gerakannya dilakukan dengan cara berjalan sambil menari berkeliling lingkaran di iringi oleh musisi yang menyanyikan lagu yang berasal dari daerah Papua.
3. Tari Musyoh
Tari Musyoh merupakan tari tradisional Papua yang merupakan tarian sakral suku adat yang ada di Papua yang bertujuan untuk menenangkan arwah suku adat papua yang meninggal karena kecelakaan. Suku adat Papua tersebut percaya bahwa apabila ada yang meninggal karena kecelakaan, maka arwahnya tidak tenang, sehingga dilakukanlah tarian skral ini (Tari Musyoh) untuk menenangkan arwah orang yang kecelakaan tersebut.
4. Tari Perang
Tari Perang merupakan salah satu nama tarian yang berasal dari Papua Barat. Tarian yang melambangkan kepahlawanan dan kegagahan rakyat Papua. Tarian ini biasanya dibawakan oleh masyarakat di daerah pegunungan. Digelar ketika kepala suku memerintahkan untuk berperang, karena tarian ini mampu mengobarkan semangat (baca: fungsi seni tari). Tari perang termasuk dalam tarian grup, dan bisa menjadi tari kolosal. Jumlah penari tidak dibatasi tetapi seperti pada umumnya tarian di Papua, Tari perang pun diringi tifa dan alat musik lainnya, yang menjadi pembeda adalah lantunan lagu-lagu perang pembangkit semangat.
5. Tari Suanggi
Tari Suanggi merupakan tarian yang mengisahkan seorang suami ditinggal mati istrinya yang menjadi korban angi-angi (jejadian). Tari suanggi merupakan bentuk ekspresi masyarakat Papua Barat tentang kekentalan nuansa magis di daerah Papua Barat, Beberapa tarian di Papua, cenderung terkesan berawal dari gerakan ritual dan upacara keagamaan. Seperti juga halnya tari suanggi. Tarian ini biasanya berawal dari ritual, seperti tari perang, tarian dukun untuk menyembuhkan atau mengusir penyakit. Karl Jaspers menyebut pengalaman-pengalaman yang bisa memunculkan krisis eksistensi ini sebagai situasi batas, dan di antaranya yang paling penting ialah pengalaman menghadapi peristiwa kematian.
6. Tari Wutuk Kala
Tari Wutuk Kala berasal ini dari Papua Barat, khusus suku Moi, tarian wutuk kala mengisahkan seseorang yang berburu ikan dengan menggunakan seakar pohon yang dapat membius ikan sampai mati dengan cara, akar pohon yang dicabut di tempatkan pada satu tempat yang telah disediakan dalam kolam ditumbuk dan disebarluaskan ke tempat-tempat di mana ikan-ikan bersembunyi.
7. Tari Afaitaneng
Afaitaneng mempunyai makna panah milik kami. Kata afaitaneng berasal dari kata afai (panah) dan taneng (milik). Tari Afaitaneng dipertunjukkan selama semalam suntuk dimulai sore atau malam hari sesudah berperang. Tari ini menggambarkan kehebatan, kekuatan, dan kemenangan rombongan perang melawan musuh dengan bersenjatakan panah.Tari Afaitaneng berasal dari daerah Ambai, di Pulau Yapen, Serui Bagian Selatan, Kabupaten Yapen Waropen. Tari Afaitaneng termasuk jenis tradisional yang berhubungan dengan kepahlawanan.
Artikel terkait:
Tari Afaitaneng mempunyai tiga urutan tari, yaitu:
- Bagian 1: Sekelompok wanita menatapi mayat budak
- Bagian 2: Sebagian pria mendemontrasikan dalam memanah
- Bagian 3: Kegembiraan karena kemenangan dalam perang
Tarian ini dipertunjukan oleh penari wanita dan pria dengan membentuk lingkaran atau barisan. Penari biasa menggunakan kuwai atau cawat, manik-manik, dan perhiasan gelang tangan. Dalam menari para penari membawa perlengkapan berupa afai (panah) dan umbee (parang). Disertai iringan lagu Nimasae dengan menggunakan alat musik fikainotu atau tifa dan tibura atau triton.
8. Tari Aluyen
Tari Aluyen adalah tari tradisional yang digunakan sebagai upacara adat yang berhubungan dengan membangun rumah baru, membuat kebun baru, dan lain sebagainya. Tarian ini berasal dari daerah Kalasaman, Kabupaten Sorong, Provinsi Papua Barat. Aluyen mempunyai arti lagu yang dinyanyikan,
Tari Aluyen dipimpin oleh seorang penari dan diikuti penari-penari pria dan wanita. Penari wanita berada di belakang pemimpin dengan dua barisan memanjang, kemudian penari prianya berada dua baris dibelakang penari wanita. Penari melakukan gerak kaki mengikuti irama sambil bergoyang pinggul. Para penari mengenakan pakaian yang dinamakan kamlanan, dengan perhiasan yang dipakai di tangan atau gelang yang terbuat dari li (manik-manik), medik (gelang dari sejenis tali tertentu), dan eme (perhiasan dari daun pandan).
9. Tari Aniri
Tari Aniri yang merupakan salah satu tarian yang berasal dari Papua menggambarkan pembebasan seorang anak dari gangguan setan, karena ditinggalkan oleh kedua orang tuanya yang pergi ke dusun. Aniri mempunyai arti pembebasan seorang anak Tari Aniri terdapat di kampung Koakwa, Kabupaten Fak-Fak, Provinsi Papua Barat. Tari Anriri berhubungan dengan magis.
Tari Aniri mempunyai beberapa susunan tari, sebagai berikut :
Orang tua
2. Anak kecil yang tinggal sendiri di rumah.
3. Setan datang menemui anak kecil dalam rumah dan dijadikan anaknya.
4. Orang tua mencari anaknya, bertemu lalu dibebaskan.
Penari mengenakan pakaian tauri atau rogoi atau daun sagu delengkapi dengan perhiasan bulu burung Kasuari, Cenderawasih, dan kakaktua putih. Sedangkan tata riasnya menggunakan kapur dan tanah yang berwarna merah. Lagu Awito Tao digunakan sebagai lagu pengiring dan disertai dengan iringan alat musik tifa. Tari ini dipertunjukkan oleh sekelompok pria dan wanta, biasanya pada waktu sore atau malam hari.
10. Tari Antoroni
Tari Antoroni merupakan tarian yang berasal dari daerah Yapen Waropen, Wandamen. Setiap daerah mempunyai kreasi tari masing-masing. Tari ini diperkenalkan oleh Jotjam Mg. Wanggai. Tari ini ditarikan oleh sekelompok pria dan wanita dengan membawa perlengkapan antoroni (obor), umbee (parang), afai (apanah) atau ato (busur panah), rawangguai (piring), dan neina nunggamiai nuntarai (rangka tengkorak manusia). Alat musik yang mengiringi tari ini adalah tikainotu atau tifa, dan tabura atau triton, disertai beberapa lagu antara lain Sere-sere Muto, Bosare Bana Yuaou, dan Andi Dona-dona Reyo.
Penari mengenakan pakaian kawui barika (cawat biru), dan kuwai bua (cawat putih). Penari pria mengenakan cawat di bagian kepala, sedangkan penari wanita memakai rok atau kain. Mereka juga mengenakan perhiasan dari burung Cenderawasih, bulu burung mambruk, dan gelang yang terbuat dari kulit Bia.
11. Tari Aya Nende
Tari Aya Nende terdapat di daerah Mimika bagian yang berbatasan dengan daerah Asmat, Kabupaten Merauke, Provinsi Papua. Daerah ini didiami oleh suku Mimika. Tari ini memiliki empat urutan tari, sebagai berikut :
- Bagian 1 : Kepala adat memasuki pentas, kemudian memanggil istri-istri para pemburu dalam bahasa daerah : “Ajendei dendera suma waee”.
- Bagian 2 : Sekelompok wanita sebagai istri para pemburu menyambut kedatangan para pemburu (suami mereka).
- Bagian 3 : Para pemburu menyerahkan hasil buruan kepada para istri.
- Bagian 4 : Inti upacara, ucapan terima kasih kepada nenek moyang mereka.
Pertunjukan tari ini ditarikan oleh sekelompok wanita dan pria, yang dilakukan pada sore dan malam hari selama semalam suntuk.
12. Tari Awaijale Rilejale
Tarian ini mengambarkan keindahan alam danau sentani pada waktu senja, yaitu ketika para warga pulang dari bekerja dengan menaiki perahu. Para penari terdiri dari sekelompok pria dan wanita. Para penari mengenakan pakaian yang disebut pea malo, yang terbuat dari serat pohon genemo, kulit kayu, dan daun sagu, serta dilengkapi perhiasan hamboni atau kalung manik-manik.Tari Awaijale Rilejale terdapat di daerah Sentani, kabupaten jayapura, provinsi papua yang didiami Suku Sentani.
13. Tari Falabea
Tari Falabea ini terdapat di kalangan suku Sentani, Jayapura, Provinsi Papua. Falabea sendiri memiliki makna perang, sehingga tari falabea ini menggambarkan sifat kepahlawanan. Pertunjukan tari ini dilakukan di tanah lapang pada petang atau malam hari.
14. Tari Bet Pok Mbui
Tari Det Pok Mbui terdapat di tiga kecamatan yaitu Agats, Sauwa Ema, dan Pirimapun yang berada di kabupaten Merauke, Provinsi Papua. Tari ini ada sebelum kemerdekaan Republik Indonesia. Adapun asal kata Det Pok Mbui adalah Det artinya topeng yang mirip setan, dan Pok Mbui artinya pesta atau upacara. Jadi, Det Pok Mbui adalah pesta topeng setan.
Tarian ini ditarikan oleh sekelompok pria dan wanita yang dilakukan pada siang atau sore hari, setelah panen mencari sagu dengan lama pertunjukan 2 sampai 3 jam. Tempat pertunjukan adalah di tepi sungai, karena ada adegan menaiki perahu, ada beberapa perahu topeng yang dibawakan oleh beberapa orang penari.
Para penari wanita mengenakan pakaian Awer yaitu berupa rok rumput, sedangkan penari pria aslinya polos atau menenakan rok dari bulu burung kasuari. Perhiasan yang dipakai berupa gelang-gelang kaki, gelang tangan dan gelang lengan. Pada bagian leher menggenakan kalung yang terbuat dari gigi anjing, babi,atau manik-manik. Untuk bagian wajah dan badan penari diberi warna hitam dari arang, putih dari kapur, dan merah dari tanah atau buah. Dalam mempertunjukan tari ini di iringgi dengan alat musik fu atau terompet bambu dan tifa atau gendang. Sedangkan lagu penggiringnya adalah Jipai So yang berarti setan atau roh halus.
Artikel terkait: perbedaan seni dan keindahan
15. Tari Dow Mamun
Tari Dow Mamun berda didaerah di Biak, kabupaten Teluk Cenderawasih, provinsi Papua. Tarian ini sudah ada sebelum kemerdekaan Republik Indonesia, yang menggambarkan tentang peperangan dan kemenangan. Tari ini dibawakan oleh sekelompok pria dan wanita yang dilakukan pada sore dan malam hari. Para penari pria mengenakan pakaian cawat atau yang bisasa maysrakat lokal sebut mar yang terbuat dari kulit kayu, dilengkapi dengan perhiasan berupa sisir bambu yang di ukir dan membawa parang atau sumber, panah atau mariam dan tombak atau bom.
16. Tari Entol
Tari entol ini ini ada sebelum kemerdekaan Republik Indonesia, yang mengambarkan bagaimana kemenangan setelah melakukan perang antarsuku. Tari ini diperagakan oleh sekelompok penari pria saja.Mereka mengenakan pakaian yang bernama Mul, yang terbuat dari daun sagu, yang panjangnya dari pusar sampai lutut. Sedangkan untuk perhiasan, mereka memakai Himbu, yaitu berupa topi yang terbuat dari anyaman bulu burung kasuari. Untuk rias wajah, para penari menggunakan warna putih dari tanah, warna merah atau mbon untuk bagian dada dan kaki. Pementasan tari ini dilakukan pada waktu malam hari sampai pagi hari. Tari ini tidak diiringi oleh alat musik apapun.
17. Tari Fayaryar Kar Baryan
Tari Fayaryar Kar Baryam merupakan sejenis tarian yang isinya menceritakan tentang seseorang yang sedang menebang sagu. Tari ini merupakan tari tradisional yang sudah ditata menjadi tarian modern oleh M.Mandosir.
18. Tari Fela Mandu
Tari Fela Mandu merupakan sejenis tari perang yang berasal dari Puyoh Besar, Puyoh kecil, dan Abar di daerah Sentani Tengah Papua. Tari ini di tarikan oleh penari pria dan wanita dengan diiringi oleh alat musik tifa dan wakhu. Mereka menganggap bahwa tarian Fela Mandu adalah ciptaan leluhur mereka. pada jaman dahulu para leluhur orang-orang Putali, Amatali, dan Abar pergi berperang dan mereka mendapat kemenangan sewaktu melawan suku Sekori, Sewiron, dan Sebeya di daerah Abar Sentani Tengah. Sampai sekarang, tari Fela Mandu menjadi tari pergaulan yang bersifat hiburan.