Sejarah kuda Lumping -Cerita, Legenda dan Asal Usul

Kesenian Tari Kuda lumping merupakan sebuah seni tari yang dipentaskan dengan menggunakan peralatan berupa kuda tiruan yang terbuat  dari anyaman bambu. Dilihat dari ritmisnya tarian kuda lumping ini sepertinya merefleksikan semangat heroisme dan aspek kemiliteran jaman dulu ,yaitu sebuah pasukan kavaleri berkuda.Ini bisa dilihat dari gerakan seni tari kuda lumping yang dinamis,ritmis dan agresif,layaknya gerakan pasukan berkuda ditengah medan peperangan.

Sejarah asal mula seni trai kuda lumping, banyak diyakini adalah sebuah bentuk dukungan rakyat jelata terhadap pasukan berkuda Pangeran Diponogoro dalam menghadapai penjajah Belanda. Dalam versi lain menyebutkan bahwa asal muasal kuda lumping menggambarkan kisah perjuangan Raden Patah yang dibantu oleh Sunan Kalijaga melawan Bangsa Belanda yang menjajah tanah air. Versi lain juga menyebutkan bahwa tarian ini mengisahkan tentang latihan perang pasukan Mataram yang dipimpin oleh sultan Hamengku Buwono I, raja mataram untuk menghadapi pasukan tentara Belanda.

Artikel terkait:

Sejarah lain menyebutkan bahwa asal usul kuda lumping diawali pada jaman dahulu dari tanah jawa hidup seorang raja yang sakti mandaraguna, Raja yang banyak mendengar kisah kepahlawanan mahabarata. Raja tersebut sangat kagum akan kisah perang Bhatarayudah di kurusetra yang diturunkan oleh para Brahmana dan kstaria istana. Dan sang raja sangat yakin bahwa perang Bhatarayudha akan berulang ditanah Jawa.

Beliau sangat tertarik dengan tentara berkudadan Arjuna dengan kerata kudanya yang gambarnya diperlihatkan oleh buyutnya dari tanah Alengka, karena beliau sesungguhnya adalah keturunan pelarian hindu tamil dari tanah Srilangka negri yang kini murtad memeluk agama Budha lantaran negrinya sering dicemooh sebagai negri Rahwana terkutuk.

Eyang buyut raja kemudian melarikan diri ke Jawa Dwipa dan mendirikan kerajaan serta memakai gelar aria, yang notabene adalah nama sebuah etnis yang terkemuka di India. Akan tetapi perkataanya sebagai suku aria bertolak belakang dengan warna kulit suku aria, beliau mengajarkan kasta tanpa warna sampai kepada cucu yang kini memegang kekuasaan dan terus memimpikan pasukan berkuda.

Sampai pada saatnya raja disertai hulu balang dan pengawalnya serta menrti naik ke perahu saudagar dari Persia, dikarenakan Raja Jawa tidak memiliki perahu dan buta akan ilmu pelayaran, beliau kagum akan bangunan arsitektur Persia yang indah dan megah, beliau juga terpana dengan gagahnya tentara berkuda yang memiliki tubuh yang kekar, kuda-kuda yang besar, barisan kuda yang teratur dan juga derap suara langkah kuda yang bergemuruh. Kenyataan yang dilihatnya secara langsung lebih menambah kekaguman dibandingkan dengan gambar yang dibwa saudagar padanya. Raja memuji dan memimpikan bahwa jikalau dia dapat memiliki tentara berkuda seperti itu tentu saja dia akan menjadi raja yang terkuat di tanah Jawa, dan raja-raja disekiranya akan bertekuk lutut.

Raja dengan segala keinginanya berniat membawa kuda-kuda tersebut beserta prajuritnya sekaligus, walupun tidak akan cukup perahu yang akan mengangkutnya, akan tetapi Raja sangat berkeinginan kuat, sehingga hanya kudanya saja yang dia bawa, akan tetapi suatu hal terjadi dimana dalam perjalannanya mereka menemui badai yang sangat dasyat sehingga semua pasukan dan perahu penggkutpun ikut tenggelam, hanya karena keberuntungan sang Raja selamat dari segala musibah. Beliau kemudian membuat syukuran pada Dewata yang telah melindunginyadan menyesalkan keinginananya tentang pasukan berkuda yang belum tercapai.

Kemudian sang Raja memohon petujuk Dewata dan bertapa di gua, suatu saat Dewata mengabulkan keinginanya tersebut dengan syarat beliau harus membuat kuda dari bahan gedek bambu dan ijik agar dapat ditunggani laskar yang akan menjadi kuda. Sebelum jalan kuda-kuda tersebut diberikan mantra-mantra terlebih dahulu agar mau makan rumput dan beling, sang raja gembira keinginanya terwujud, dari sanalah kemudian nama kuda lumping berasal.

Kesenian kuda lumping populer di masyarakat daerah Jawa Timur, seperti Blitar, Malang, Tulung Agung dan sekitarnya (baca:kebudayaan jawa). Gelaran pentas dari tari kuda lumping biasanya ditampilkan pada acara-acara tertentu seperti penyambutan tamu kehormatan, dan juga acara-acara syukuran atas doa yang dikabulkan oleh Yang Maha kuasa.  Kuda lumping sering kali dikaitkan dengan makhluk halus dalam atraksi atraksi supranatural dan berbau magis. Contohnya makan kaca,makan bara api,berjalan diatas pecahan beling dan bara api,mengangkat benda berat,disayat pisau,dibacok  dengan golok sampai menari dalam keadaan kesurupan.

Artikel terkait:

Jika dilihat dari permainanya pada saat pertunjukan kuda lumping, para penari seolah-oleh memiliki kekuatan yang besar, dan terkesan memiliki kekuatan supranatural, dalam pementasanya kuda lumping diiringi oleh musik seperti kendang,gong,gamelan pelog,kenong dan selompret (terompet khas kuda lumping). Tetapi ada juga grup kesenian kuda lumping ini lebih memoderenisasi peralatan musik mereka seperti menambahkan Drum,gitar elektrik dan bass elektrik.Rupanya mereka ingin menampilkan kualitas yang bagus sekalian sound musiknya  juga.

Penonton akan disajikan dengan pertunjukan yang membuat mereka terkesima oleh atraksi-atraksi yang disajikan, para penari kuda lumping biasanya adalah seorang anak perempuan yang didandani sedemikian rupa sehingga meyerupai anak laki-laki bak prajurit kerajaan, akan tetapi pada saat ini pemain kuda lumping banyak dilakoni oleh anak laki-laki.

Pertunjukan kuda lumping diawali dengan bunyi sebuah pecutan (cambuk) besar yang sengaja dikenakan para pemain kesenian ini, hal ini menandai masuknya kekuatan mistis yang bisa menghilangkan kesadaran si-pemain. Dengan menaiki kuda dari anyaman bambu tersebut, penunggan kuda yang pergelangan kakinya diberi kerincingan ini pun mulai berjingkrak-jingkrak, melompat-lompat hingga berguling-guling di tanah. Selain melompat-lompat, penari kuda lumping pun melakukan atraksi lainnya, seperti memakan beling dan mengupas sabut kelapa dengan giginya.

Artikel terkait:

Sebagai sebuah atraksi penuh mistis dan cukup berbahaya, tarian kuda lumping dilakukan di bawah pengawasan seorang ”pimpinan supranatural”. Umumnya  pimpinan ini adalah seorang yang memiliki ilmu ghaib yang tinggi yang dapat mengembalikan sang penari kembali ke kesadaran seperti sedia kala. Pemimpin supranatural tersebut  juga bertanggung-jawab terhadap jalannya atraksi, serta menyembuhkan sakit yang dialami oleh pemain kuda lumping jika terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan dan menimbulkan sakit atau luka pada si penari. Sebab hal itu, walaupun dianggap sebagai permainan rakyat, kuda lumping tidak dapat dimainkan oleh sembarang orang, tetapi harus di bawah petunjuk dan pengawasan sang pimpinannya.