Tradisi Tedak Siten atau Mudun Lemah dilakukan saat seorang anak berusia 7 lapan yaitu saat berusi 7 sampai menginjak bulan ke delapan. Orang Jawa menyebutnya ”Mudun Lemah”. Karena pada ssat anak berusia ini anak mulai menapakkan kakinya pertama kali di tanah yaitu dengan cara belajar duduk dan berjalan jalan.
Untuk alat-alat yang diperlukan dalam prosesi ”Tedak Siten” yaitu sebagai berikut:
- Tangga tebu dan injak-an tanah/pasir
- Juadah 7 warna
- Tumpeng beserta sayur urap dan ayam
- Kurungan ayam dan beras ketan isi koin
Budaya Tedak Siten (Mudun Lemah), untuk prosesinya adalah sebagai berikut:
Acara Tedak Siten ini di mulai dengan menapaki juadah 7 warna, juadah yaitu terbuat dari beras ketan yang kemudian dicampur dengan parutan kelapa muda dengan ditambah garam supaya rasanya menjadi gurih. Dan untuk 7 warna yaitu kuning, hitam, merah, biru, jingga, putih, hijau. macam permainan tradisional anak anak bisa dijadikan sebagai informasi tambahan.
Warna-warna tersebut memiliki makna sebagai berikut:
- Biru =Jati diri
- Putih = Watak dasar
- Jingga = Matahari
- Hijau = Lambang kehidupan
- Kuning = Harapan tercapai cita-cita
- Merah = semangat
- Hitam = keagungan
Untuk makna yang terkandung didalam jadah merupakan simbol drai kehidupan yang akan dilewati oleh si anak, dan dia akan mulai menapakkan kakinya pertama kali di bumi sampai ia bertumbuh dewasa.
Sedangkan untuk warna-warna tersebut merupakan gambaran di dalam kehidupan si anak yang akan menghadapi banyak pilihan dan juga rintangan yang harus dilaluinya. Untuk jadah 7 warna disusun mulai dari warna yang gelap ke warna yang terang. contoh tembang dolanan anak bisa dijadikan sebagai informasi tambahan.
Kemudian anak akan menaiki tangga, dan tangga tersebut terbuat dari tebu jenis Arjuna, yaitu jenis tangga yang dibuat dari batang tebu warna nerah hati dan juga dihiasi dengan kertas warna-warni.
Tujuannya yaitu agar dalam menapaki (menjalani) hidupnya, apa yang dilakukan oleh anak diharapkan supaya semakin meningkat. Dan juga mampu melewati rintangan dan halangan dalam hidupnya kelak.
Kemudian akan menapaki pasir, dengan tujuan supaya dalam menjalani hidupnya anak siap dengan rintangan atau halangan apapun yang dihadapinya.
Setelah menapaki pasir, anak akan dibimbing menuju kurungan ayam yang sudah dihiasi dan di dalamnya terdapat beberapa alat tulis, mainan, hp, uang, stetoskop, dan lain sebagainya.
Anak akan mengambil barang yang disukainya, dan hal tersebut bertujuan agar barang yang dipilih si anak merupakan gambaran dari kegemaran atau kesukaan dan juga pekerjaan yang diminatinya setelah dewasa nanti.
Proses yang selanjutnya yaitu sebar beras kuning yang telah dicampur dengan uang logam yang nantinya akan diperebutkan (dalam hal ini yang akan menaburkan adalah di wakili oleh bapaknya). Proses ini akan menggambarkan supaya si anak kelak menjadi anak yang suka bersedekah, dermawan didalam lingkungannya.
Dan untuk proses yang terakhir yaitu si anak akan dimandikan dengan menggunakan bunga setaman (kenapa diberi bunga? Mungkin memang zaman dahulu belum ada minyak wangi, dan air bisa menjadi wangi). Kemudian menggunakan baju yang baru, yang bertujuan supaya si anak tetap sehat, menjaga nama harum keluarga dan juga berguna bagi nusa dan bangsa.
Setelah selesai dimandikan, anak akan digantikan bajunya dengan menggunakan baju yang baru. Dalam acara ini anak akan diumpamakan mengganti baju sampai 7 kali.
Untuk acara selanjutnya yaitu memotong tumpeng yang sudah dilengkapi dengan sayur urap (hidangan yang terbuat dari sayur kacang panjang, kecambah yang diberi bumbu kelapa yang telah dikukus atau disangrai) dan juga ayam, dan ditembah dengan kangkung.
Dengan tumpeng tersebut untuk melambangkan permohonan orang tua kepada sang Maha Pencipta supaya si anak kelak menjadi anak yang berguna, sayur kacang panjang mempunyai simbol umur supaya si anak berumur panjang, sayur kangkung mempunyai makna dimanapun si anak hidup dia mampu tumbuh dan juga berkembang, sayur kecambah mempunyai simbol kesuburan dan ayam diartikan supaya kelak si anak dapat hidup mandiri.