Film adalah karya seni yang bisa dijadikan sebagai media komunikasi untuk semua orang yang nantinya akan berdampak sebagai pembawa pesan publik melalui beragam fungsi, misalnya fungsi pendidikan, hiburan, informasi pendorong karya kreatif, dan juga budaya yang nantinya akan memberikan pengaruh besar terhadap kehidupan sosial ekonomi yang mampu memajukan kesejahteraan masyarakat.
Artikel terkait:
Seiring dengan perkembanganya di Indonesia, nilai-nilai yang tekandung dalam film yang ditonton ikut mempengaruhi realita kehidupan dimasyarakat. Budaya yang berada dimasyarakat semakin samar, tergerus dan melebur dengan sendirinya. Film dan budaya saling mempengaruhi, ada unsur timbal balik diantara keduanya, film mempengaruhi budaya setelah sebelumnya budaya melatarbelakangi dibuatnya sebuah film.
Hukum tentang perfilaman di Indonesia dirangkum dalam Pasal 3 UU No. 33 Tahun 2009 tentang Perfilman dijelaskan bahwa tujuan dari perfilman di Indonesia adalah terbinanya akhlak mulia, terwujudnya kecerdasan kehidupan bangsa, terpeliharanya persatuan dan kesatuan, meningkatnya harkat dan martabat bangsa, berkembangnya dan lestarinya budaya bangsa, dikenalnya budaya bangsa oleh dunia internasional, meningkatnya kesejahteraan masyarakat, dan berkembangnya film berbasis budaya bangsa yang hidup dan berkelanjutan.
Adapun fungsi perfilman (Pasal 4) adalah budaya, pendidikan, hiburan, informasi, pendorong karya kreatif, dan ekonomi. Tujuan dan fungsi perfilman tersebut mengerucut kepada tiga wacana dominan, yakni edukatif, kultural, dan ekonomi-kreatif. Dari penjelasan tersebut dapat dikatahui bahwa perfilman mempunyai tanggung jawab pula terhadap budaya yang melekat pada masyarakat Indonesia.
Pembuatan film Indonesia seharusnya juga diikuti juga dengan menyumbangkan perananya terhadap laboratorium budaya yang menyediakan ruang dan kesempatan bagi tumbuh-suburnya identitas-identitas lokal. Masyarakat seharusnya menjadi contoh nyata bagaimana budaya lokal di masing-masing kabupaten ataupun wilayah di seluruh kebudayaan terbentuk melalui pertemuan dan dialektika antarbudaya yang masih berproses hingga saat ini. Hal ini juga bisa diperkaya melalui terciptanya film-film tentang kebudayaan yang memang menjadi salah satu kekayaan negara Indonesia dar dulu. film bisa memberikan efek visual nyata tentang keberadaan budaya.
Film adalah cerminan masyarakat karena di satu pihak film itu sendiri sebagai media. Budaya yang ada pada masyarakat disajikan melalui film yang dibuat. Akan tetapi budaya negatif bangsa Indonesia tak lepas dipengaruhi oleh film. Kepercayaan sebagian masyarakat terhadap film yang mengangkat mitos dan horor, tindakan kekerasan, serta gaya hidup hedonisme karena pengaruh oleh film yang ditonton.
Film-film yang disajikan di Indonesia seharusnya memiliki nilai edukasi dan membawa komunikasi budaya, selain keindahan alam yang biasanya di atur menjadi setting film Indonesia, sebut saja seperti alam Nusa Tenggara Barat (NTB) yang begitu indah disajikan dalam film laskar pelangi, dan hamparan padang bukit Sumba Barat dan Sumba Timur yang dapat memberikan visualisasi penampakan alam Indonesia dan juga mengangkat daerah yang jauh diujung pulau Indonesia.
Artikel terkait:
Sebuah film yang memiliki tempat istimewa dalam benak masyarakat Indonesia akan membangun komunikasi emosional sehingga dapat menikmati film sekaligus mengagumi keindahan suatu daerah. Film Indonesia yang mengangkat tema budaya akan membawa komunikasi budaya, pendidikan dengan menekankan pada karakteristik Negara Indonesia. Nilai yang terkandung didalamnya mampu tersampaikan dengan baik melalui karya film kepada masyarakat Indonesia sebagai salah satu penikmat film.
Bayangkan, mulai dari bahasa, budaya, dan pemikiran mereka transformasikan ke dalam film. Tapi rupa-rupanya penduduk Indonesia, menganggap fenomena ini biasa-biasa saja, bahkan mereka tidak sadar sedang terpengaruh oleh sebuah budaya dari melihat sebuah film.
Menjadikan sebuah film sebagai market budaya adalah hal yang baik, apalagi mengangkat negara dan daerah kita sendiri. Film dapat menjadi salah satu propaganda budaya jika kita tahu cara menyisipkan budaya dalam film. Dalam segi bahasa, Indonesia yang memiliki bahasa yang indah seharusnya mampu memberi edukasi terhadap masyarakatnya sendiri agar sadar dan menggunakan bahasa yang baik, Film sekelas Ada Apa Dengan Cinta? (AADC 1 dan 2) dapat dijadikan contoh penggunakan beragam kalimat baku yang bisa digunakan dalam kehidupan sehari-hari melalui dialog antara tokoh Rangga dan Tokoh Cinta.
Indonesia bisa belajar terhadap film korea yang mampu menarik perhatian masyarakat Indonesia (baca: film korea terlucu) bagaimana mereka menampilkan sisi budaya, pendidikan mereka kepada kita dengan sekaligus, sehingga masyarakat mengalami demam film korea. Pelajaran yang penting untuk ditiru adalah, masyarakat Indonesia untuk mengatahui budaya mereka tidak harus datang ke Negeri Korea cukup dengan menonton tayangan film korea. Bahwa budaya yang terjadi disana tersirat dalam adegan film-film Negeri Gingseng baik yang bertema cinta, penghianatan, peperangan, hingga sejarah.
Indonesia yang kaya budaya, suku, ras, dan hamparan luas kepulauan. Menjadi tanggung jawab semua pihak yang terkait untuk ditranformasikan dalam bentuk film dengan penyajian yang betul-betul berbobot. Karena karakter budaya bangsa Indonesia, lebih menarik di filmkan dari pada hanya disosialisakan baik dengan bentuk pelatihan, seminar, dan tulisan kepada masyarakat secara umum. karena film merupakan bentuk penyampaian nilai-nilai. baik itu nilai budaya, tata krama, ataupun agama, film menjadi salah satu budaya edukasi yang tidak menggurui. film dapat menjadi tuntunan dengan tanpa penekanan, kita hanya disuguhkan dengan cerita dan bagaimana seorang filmis dapat memasukan ideologinya sehingga dapat diterima oleh yang menonton dan diambil nilai baiknya.
Indonesia harus segera memulai perfilman dengan menekankan pada potret karakteristik pendidikan dan budaya bangsa Indonesia, dari masing-masing suku, ras, budaya, daerah dan nasional. Keseriusan pemerintah untuk mendorong pertumbahan perfilman sebagai upaya meningkatkan kualitas pendidikan nilai-nilai kebudayaan, kearifan lokal, dan menguatkan karakter kepribadian bangsa dibutuhkan kebijakan khusus melalui pembangunan dan pemberdayaan perfilman.
Artikel terkait:
Pembangunan dan perberdayaan perfilman yang berkarakter akan mendorong tidak hanya dalam seni nilai kebudayaan saja akan tetapi akan sangat berpengaruh pula pada pertumbuhan nilai ekonomi yang tinggi dan menyokong kesejahteraan masyarakat. Bahwa undang-undang perfilman mewajibkan pemerintah daerah untuk memfasilitasi pembangunan dan pemberdayaan perfilman yang belum berjalan secara maksimal.
Kita sebagai generasi bangsa harus bangga dengan nilai pendidikan dan budaya yang dimiliki, potensi Indonesia tidak kalah dengan pulau-pulau di Negara tetangga. Pemerintah tidak perlu menunggu lama lagi untuk memulai karya seni anak daerah yang selama ini kurang diperhatikan keberadaan dan potensi mereka. Bangga dengan budaya sendiri bagian dari Bela Negara.