Seni adalah sesuatu yang dinamis dan berkembang seiring dengan peradaban manusia. Begitupun dengan seni lukis, meski mengandung unsur seni lukis yang sama namun pandangan dan pemikiran seniman yang dinamis membuat seni lukis karena lukis juga memiliki cabang cabang seni yang beraneka ragam. Salah satunya adalah seni lukis bergaya realisme.
Realism merupakan aliran seni rupa yang mendasarkan karyanya pada kenyataan yang benar-benar ada dan menampilkan subjek tersebut sebagaimana tampilannya dalam kehidupan sehari-hari tanpa adanya penambahan dan pengurangan. Yang menjadi penekanan dalam alira realisme seperti yang ada di dalam prinsip prinsip seni rupa adalah suasana dan realitas yang ditampilkan sehingga penikmat bisa merasakan pesan dan cerita yang disampaikan karena nuansanya yang dekat dan kekinian.
Dalam sejarah perkembangan jenis jenis seni lukis, Realisme lahir sebagai bentuk penolakan terhadap Neo-klasikisme dan Romantikisme pada abad ke-19. Apabila Neo-Klasikisme mendasarkan rasio/intelektual dalam menggambarkan ide, Romantisme menggunakan emosi, maka Realisme berkeinginan mengungkapkan keadaan nyata dalam hidup manusia. Ciri khas aliran realisme yang tidak terlalu terikat oleh unsur seni klasik membuat banyak ahli dan kritikus seni menganggap aliran ini sebagai pelopor seni modern yang kita kenal saat ini. Berikut adalah beberapa tokoh seni lukis yang berpengaruh dalam perkembangan aliran seni rupa realisme di dunia dan Indonesia beserta contoh karyanya:
1. Jean Désiré Gustave Courbet (10 Juni 1819-31 Desember 1877)
“Perlihatkan aku bidadari, aku akan melukisnya” slogan ini membuat Courbet dikenal dan dianggap sebagai salah satu proklamator seni rupa realisme, makna dari slogannya tersebut adalah penolakan terhadap tema yang tidak ada kaitanya langsung dengan pengalaman hidup yang nyata pada suatu tepat dan waktu tertentu.
The Stone Breaker (1849) menggambarkan dua orang pria yang bekerja sebagai pemecah batu. Satu pria terlalu tua sedangkan yang lainnya terlalu muda untuk pekerjaan ini. Courbet mendatangkan langsung modelnya ke studio untuk berpose dan kemudian menciptakan adegan yang tergambar di lukisannya tersebut.
2. Honoré Daumier (26 Februari 1808 – 10 Februari 1879)
Pada awalnya Honore Daumier dikenal sebagai kartunis politik dan pematung dari Perancis. Tetapi menjelang akhir hayatnya Daumier banyak menelurkan karya seni lukis yang menyuarakan isu-isu politik dan sosial.
Karya Daumier The Third Class Carriage (1862) menggambarkan keadaan gerbong kereta api kelas 3 yang penuh sesak oleh penumpang. Daumier menggambarkan para penumpang itu tampak dalam ketidak berdayaan dan kelas sosial yang membuat mereka seolah terpenjara. Daumier mem fungsikan seni lukisan nya sebagai media ekspresirasa simpati yang mendalam terhadap penderitaan orang-orang itu diungkapkannya secara karikatural.
3. Thomas Cowperthwait Eakins (25 Juli 1844 – 25 Juni 1916)
Thomas Eakins secara luas dikenal sebagai seniman paling penting dalam sejarah seni Amerika. Eakins adalah seorang pelukis realis, fotografer, pemahat, dan aktif di dunia pendidikan seni. Dalam karyanya Eakins kerap menggabungkan seni rupa dan sains baik dalam seni lukis maupun fotografi. Eakins mendapat pengaruh besar dari beberapa pelukis Eropa seperti Courbet, Velasques, Rembrant, dan jean Leon Gerome yang merupakan gurunya.
Eakins pernah mendulang kekecewaan dari para kritikus konsevatif karena aksinya menggunakan studi model telanjang untuk pembelajaran seni rupa di Pennsylvania Academy of Fine Arts. Karya Eakins The Agnew Clinic (1875) dibuat untuk menghormati ahli Anatomi dan ahli bedah Dr. David Hayes Agnew saat pensiun dari University of Pennsylvania.
The Gross Clinic (1889) mendapatkan apresiasi seni rupa dari banyak ahli sebagai lukisan termahal di dunia dan terbaik yang pernah dibuat oleh seniman Amerika. Lukisan ini menggambarkan Dr. Samuel D. Gross yang sedang memberikan kuliah di Jeferson Medical College.
4. Édouard Manet (23 Januari 1832 – 30 April 1883)
Manet meupakan pelukis Perancis yang hidup pada abad ke-19 dan dianggap sebagai tokoh penting bagi pelukis-pelukis muda yang dikenal sebagai kelompok Impresionis karena perannya dalam transisi Realisme ke Impresionisme. Gaya lukisan Edouard Manet merupakan inspirasi bagi perkembangan seni rupa modern. Ia memulai penggunaan pewarnaan secara datar, menghindari gelap-terang khiaroskuro yang tradisional. Tema lukisan Manet banyak mengacu pada realisme Courbet.
Luncheon on the Grass (1863), menggambarkan dua orang lelaki berpakaian rapi dan seorang wanita telanjang yang seang duduk di atas rumput. Lukisan ini menimbulkan kontroversi karena kontenya yang dianggap tidak senonoh.
Olympia (1863) adalah karya Manet pertama yang dipamerkan di Salon Paris. Kemunculan Olympia di pameran tersebut mengejutkan banyak orang karena menampilkan seorang wanita telanjang dengan seorang pelayan yang memberikan bunga, kontroversi semakin ramai kala itu karena Manet juga menambahkan unsur-unsur yang menunjukan wanita tersebut seorang pekerja sex komersial.
6. Henry Ossawa Tanner (21 Juni 1859 – 25 Mei 1937)
Henry O. Tanner adalah pelukis kelahiran Philadelphia berdarah Afrika-Amerika, dia pernah berguru para Ealisn pada tahun 1880-an.
The Banjo Lesson (1893) menggambarkan seorang pria kulit hitam sedang mengajarkan anak kecil bermain banjo. Sederhana memang tapi lukisan ini mengeksplorasi beberapa hal penting, karena stereotip yang melekat kepada kaum kulit hitam di budaya Amerika kala itu adalah sebagai penghibur. Lukisan ini menunjukkan tema kehidupan sehari-hari dengan gaya Realisme objektif, yang merupakan pengaruh Eakins.
7. Sindoesoedarsono Soedjono (14 Desember 1913 – 25 April 1985)
Pria kelahiran Sumatera Utara inia dalah maestro yang dijuluki Bapak Seni Lukis Modern Indonesia, beliau juga dikenal sebagai kritikus seni rupa pertama di Indonesia. Sebelum menasbihkan diri sebagai pelukis S Sedjono pernah mengabdi sebagai tenaga pengajar di Taman Siswa di Banyuwangi.
S Soedjono memili ciri khas kasar dan bertekstur pada lukisannya, pada tahun 1937 beliau mengikuti pameran besama pelukis dari Eropa di Kunstkring Jakarya, Jakarta. Kemudian S Soedjono menggagas berdirinya Persatuan Ahli Gambar Indonesia (Persagi).
Tjap Go Meh merupakan salah satu karya S Soejdono yang tekenal, dilukis pada tahun 1940 menggambarkan hirup pikuk perayaan Tjap Go Meh dan menampilkan berbagai ekspresi di dalamnya. Tidak hanya kemeriahan karnaval, S Soedjono juga menyelipkan kegundahannya terhadap kondisi sosial kala itu dimana masyrakat tengah mengalami masa sulit secara ekonomi serta harus menghadapi gejolak politik.
8. Basuki Abdullah (27 Januari 1915-5 November 1995)
Mestro kelahiran Surakarta ini merupakan salah satu tokoh seni rupa Indonesia paling berpengaruh dalam perkembangan seni rupa di tanah air. Pernah didapuk sebagai pelukis resmi istana merdeka, karyanya banyak menghiasi dinding istana dan kepresidenan republik ini. Bukan hanya diakui di kandang sendiri kemampuan Basuki Abdullah juga mampu mengantarkannya menjadi jawara sayembara melukis yang diselenggarakan sewaktu penobatan Ratu Yuliana di Belanda pada tahun 1947. Saat itu Basuki Abdoelah mampu mengalahkan 86 orang pelukis Eropa. Gaya favorit Basuki Abdullah adalah melukis potret, terutama sosok wanita cantik atau anggota kerajaan dan kepala negara.
Basuki Abdullah mewarisi bakat seni dari ayahnya yaitu Abdullah Suriosubroto yang merupakan seorang pelukis penari. Bakatnya tersebut membuat beliau berhasil mendapatkan beasiswa untuk belajar seni rupa Academie Voor Beeldende Kunsten di Den Haag
Kakak dan Adik” adalah tajuk lukisan karya Basuki Abdulah pada tahun 1978. menggambarkan seorang kakak perempuan yang sedang menggendong adik laki-lakinya. Lukisan ini memiliki emosi yang kuat dimana sorot mata kosong terpancar dari wajah polos dan bening kedua anak tersebut. Lewat karya ini Basuki Abdula ingin menyarakan empatinya terhadap kasih sayang dan kemanusiaan.