Seni Lukis Aliran Naturalisme Terlengkap Beserta Penjelasannya

Ada berbagai pengertian seni menurut para ahli namun ada satu kata yang tidak pernah jauh dari seni yaitu indah.  Meskipun ada perbedaan antara seni dan keindahan kedua kata tersebut seperti pasangan yang saing melengkapi dan memberi makna satu sama lain. Keindahan dalam berbagai ekspresi, emosi dan dimensi inilah yang coba digambarkan oleh cabang-cabang seni yang ada dunia.

Seperti halnya  cabang seni musik yang beraneka, cabang seni rupa pun beragam. Bila dilihat dari fungsinya maka ada cabang seni rupa terapan dan seni rupa murni, jika diklasifikasikan berdasar pada wujudnya maka kita akan menemukan seni rupa 3 dimensi dan seni rupa 2 dimensi.

Seni lukis merupakan salah satu cabang seni rupa yang bekembang dan beradaptasi dengan karakteristik kebudayaan, sehingga memiliki macam -macam aliran seni lukis. Naturalisme adalah sebuah aliran seni lukis dimana seniman berusaha melukiskan objek sesuai dengan alam atau nature. Dengan kata lain apa yang dilukiskan adalah apa yang mata kita lihat.

Seniman yang menganut aliran naturalisme menerapkan prinsip-prinsip seni rupa  pada lukisanya sebemikian rupa, sehingga karyanya tampak semirip mungkin atau bahkan sama persis dengan kenyataan maka proprosi, keseimbangan, perspektif, tekstur, pewarnaan serta gelap terang dikerjakan seteliti mungkin, setepat – setepatnya. Naturalisme merupakan pengembangan dari aliran realisme yang muncul di akhir abad ke 19.

Sejalan dengan perkembangan, seni rupa modern dapat dibedakan menjadi 3 kategori yaitu representatif, deformatif, dan absrtaksionisme. Naturalisme masuk ke dalam kategori representatif yaitu seni rupa yang menggambarkan keadaan nyata dalam kehidupan masyarkat dan keadaan alam.

Dalam aliran naturalisme seniman akan berusaha menggambarkan objek sebagaimana adanya. Akan tetapi hal ini tidak lantas menghilangkan subjektivitas seniman yang juga seperti manusia lainnya memiliki beragam emosi, pandangan, opini, dan keinginan di alam bawah sadarnya. Sehingga dalam naturalisme juga terdapat variasi yang diakibatkan oleh perpaduan unsur seni lukis dan aspek- aspek pribadi sang seniman seperti yang disebutkan di atas seperti misalnya lukisan alam namun tampak lebih romantis, lebih bergairah, lebih erotis dan lain sebagainya. Selain itu lukisan yang mengusung aliran naturalisme juga cenderung memilih objek yang indah karena lebih mementingkan bentuk fisiknya.

Makna alam bagi naturalisme adalah benda-benda dilihat dari satu sudut pandang, misalnya ketika melukis gunung, pohon-pohon dan bebatuan. Seniman naturalisme tidak dapat menyertakan hal yang tidak tampak oleh mata dalam bidang lukisan. Meskipun sisi-sisi gunung yang lain tidak dapat dilihat oleh mata namun dalam persepsi tercipta makna gunung dan juga benda-benda yang lain. Naturalisme mengatasi keterbatasan itu dengan cara meniru alam setepat-tepatnya, sehingga bila kita melihat lukisan-lukisan naturalistik dalam imajinasi kita akan melihat realitas sehingga tercipta makna gunung yang sesungguhnya.

Berikut beberapa tokoh seni rupa Indonesia dan dunia yang menganut aliran seni lukis naturalisme:

1. William Bliss Baker (27 November 1859 – 20 November 1886)

Mengawali pendidikan seninya di National Academy of Design pada tahun 1876. Baker telah menggelar beragam jenis pameran setelah  pameran pertamanya digelar pada tahun 1876 mengantarkannya memenangkan penghargaan Elliot, dia juga memenangkan penghargaan Hallgarten untuk karyanya yang bertajuk Woodland Brook.

The Fallen Monasch dianggap sebagai karya terbaik Baker, menggambarkan pemandangan di wilayah danau Baliston. Saat ini lukisan yang asli disimpan di Brigham University of Art Museum dan satu duplikatnya dipajang di perpustakaan umum Balliston. Sayangnya Bake meninggal di usia muda yaitu 26 tahun. Seumur hidupnya tercatat dia sudah menghasilkan 130 karya termasuk lukisan hitam putih.

2. Amaldus Clarin Nielsen (23 Mei 1838 -10 November 1932)

Nielsen dijuluki “Bapak Naturalisme Norwegia” sempat menempuh pendidikan seni lukis di Copenhagen sebelum melanjutkan sekolah ke Academy of Art pada tahun 1855 kemudian menimba ilmu di Dusseloft Academy dalam rentang waktu 1857-1859 sebelum berkelana ke daerah Norwegia barat dan selatan hingga akhirnya Nielsen kembali ke akademi ini lagi pada tahun 1863.

Aftenstenming merupakan lukisan yang dibuat Nielsen pada tahun 1878, menggambarkan langit senja yang menaungi beberapa perahu dan kapal yang sedang berlayar. Karya-karyanya hingga saat ini masih tersimpan rapi dan tersebar di beberapa museum terkenal. Namun yang paling tersohor adalah ketika pewarisnya menyumbangkan 300 karya Nielsen pada Olso di tahun 1933. Kini menjadi lukisan-lukisan tersebut menjadi koleksi Stenersen Museum sejak tahun 1994. Atas jasanya di bidang seni lukis Nielsen dianugerahi gelar kehormatan oleh kerajaan Norwegia pada tahun 1890. Nielsen wafat di usia 94 tahun karena penyakit penumonia yang dideritanya.

3. Amelia Alcock – White (1981-Now)

Amelia White merupakan seniman lukis yang berasal dari Kanada. Bakat seninya semakin terasah setelah menempuh pendidikan di Vancouver Island University dan Emily Carr University of Art and Design.

Karya Amelia White mendapat apresiasi seni rupa  dan pernah dibahas di berbagai majalah seni terkemuka seperti The Globe and Mail, Juxtapoz Art and Cultue Magazine, Galleries Wet, Notable Magazine, The Sun, Canadian Art, Empty Kingdom, Hyperallergic, The Commentary, Installaion Magazine, dan Hot Art City.

Eventide (2014) adalah bagian dari katalogSolitude yang mencakup karya Amelia White dalam kurun waktu 2012-2014. Tampak ciri khas Amelia White yang sangat menyukai unsur air, mitos, filosofi, serta pantai British Columbia dalam karyanya dan sekaligus telah menjadi identitasnya.

Sebagai seniman popluer Amelia  white turut andil dalam berbagai kegiatan amal. Salah satu proyek amal yang diagagasnya adalah pain fo change sebuah kampanye yang mendukung konserfasi lautan di seluruh dunia.

4. Béla Iványi-Grünwald (6 Mei 1867 – 24 September 1940)

Iványi-Grünwald adalah seorang seniman  Hungaria. Dia merupakan anggota yang dianggap vital di kelompok seniman Nagybanya artist Colony dan pendiri Kecskemet Art Colony. Iványi-Grünwald sangat menyadari betapa pentingnya mengikuti zaman dan arus perkembangan modern yang kemudian berpengaruh juga pada gayanya berkarir selama hidupnya.

Pada awal karir sebagai pelukis Iványi-Grünwald terpengaruhi oleh aliran Naturalisme Perancis.  Karena pemikiran yang terbuka dan modern Iványi-Grünwald tidak segan menerima pengaruh dari berbagai kalangan termasuk generasi seniman yang lebih muda. Selain Naturalisme Iványi-Grünwald juga bergerak di jenis lukisan yang lain seperti  aliran Fauvism dan Baroque.

5. Abdullah Suriosubroto (1878-1941)

Pria kelahiran Semarang tahun 1878 ini merupakan anak angkat dari Wahidin Sudirohusodo serta ayah dari pelukis Basuki Abdullah. Mengikuti jejak orang tua pada awalnya Abdullah adalah seorang mahasiswa kedokteran. Akan tetapi hasrat Abdullah di bidang seni lukis membuatnya beralih untuk melanjutkan pendidikan seni lukis dan rupa ke Belanda. Abdullah termasuk dalam daftar pelukis Moii Indie atau Hindia indah karena kegemarannya melukiskan pemadangan alam bumi pertiwi.

Pemandangan Djawa Tengah karya Abdulah Suriosubroto yang dibuat pada tahun 1900-1903 merupakan salah satu lukisan yang menjadi koleksi presiden pertama Republik Indonesia Ir. Soekarno.  Abdullah Surisubroto merupakan pelukis Indonesia pertama yang meraih reputasi internasiolal pada abad ke 20. Sebelumnya Raden Saleh menjadi pelukis Indonesia pertama yang namanya diakui dunia pada abad ke 19.

6. Soedjono Abdullah (31 Agustus 1911-Juli 1993)

Melengkapi klan keluarga Abdulllah, Soedjono Abdullah adalah anak dari Abdullah Suriosubroto, kakak dari pelukis kenamaan Basuki Abdullah  dan tokoh seni patung Tridjata Abdullah. Seperti halnya sang ayah karya Soedjono juga diklasifikan sebagai Moii Indie karena sebagian besar lukisannya bercirikan panorama nusantara yang indah.

Gunung Gede merupakan lukisan Soedjono Abdullaah koleksi Presiden Soekarno yang disimpan di Istana Cipanas. Seperti halnya pelukis Moii Indie Soedjono memiliki penekanan pada tiga hal yaitu gunung, sawah, dan pohon kelapa dalam karya-karyanya yang banyak mengambil objek pemandangan pedesaan. Soedjono Abdullah dikenal dengan kecintaannya pada budaya dan kebudayaan suku jawa yang kerap dia lukiskan di dalam karyanya.

Fungsi seni lukis yang tidak sekedar menggambarkan keindahan tapi juga merekam jejak sejarah dan ekspresi senimannya menjadi hal yang bisa dinikmati oleh siapapun. Meskipun mungkin tidak semua orang memahami  istilah-istilahseni rupa tapi melalui lukisan naturalisme semoga kita dapat memahami dan mensyukuri agungnya alam ciptaan Tuhan serta senantiasa menjaga kelestariannya.