Tari Mendung dan Penjelasannya

Sudah waktunya kita sebagai generasi muda penerus bangsa harus bisa membangkitkan atau melestarikan kesenian tradisional yang tumbuh dan ada di seluruh daerah yang tersebar di Indonesia. Sebab semakin hari kekayaan seni pertunjukan tradisional berangsur angsur terkabur atau terkikis oleh waktu dan ditinggalkan oleh para penontonnya. Tidak menutup kemungkinan jika kesenian tradisional kita bila dibarkan begitu saja maka akan timbul kepunahan.

Tradisi yang Hilang

Aktivitas yang konon dilakukan oleh para pemangkunya tradisi kraton kraton Jawa untuk menhidupkannya semakain surut seperti berkurangnya fungsi seni tari, kesurutan itu terjadi semakin hari semakin surut yang disebabkan oleh hal hal yang sangat kompleks. Di sisi lain dari pada itu pera pemangku tradisi seni pertunjukan semakin tua dan tidak lagi mampu untuk menanganinya, bahkan antara mereka juga sudah ada yang banyak meninggal dunia.

Lembaga lembaga pendidikan kesenian foemal maupun non formal di tanah air kita menjadi salah satu tumpuan dan harapan guna menyelamatkan kekayaan kebudayaan yang dimiliki bangsa yakni budaya Indonesia, yang artinya tetap mengharapkan lahirnya para maincenas (pelindung, pemelihara, penyantun seni). Seperti yang dilakukan oleh para tokoh tokoh seni pertunjukan wayang orang di Malang.

Penelitian Histori

Mereka tampak merasa memiliki tanggung jawab yang sangat besar terhadap kesenian tradisional untuk melestarikannya dan merasa perlu untuk melacak atau menemukan kembali sosiofek budaya bangsa. Pada beberapa tahun yang lalu di salah satu perguruan tinggi di Yogyakarta para mahasisiwa ISI Yogyakarta atau STSI Surakarta melacak kembali keberadaan karya kreatif para pujangga seni tari yang berjaya di masa lalu di kadipaten mangkunegara – Surakarta. Obyek pangalian tersebut adalah seni tari bedhoyo anglir medung.

Hasil Penelitian

Hasil observasi yang secara berkelanjutan para koreografer muda dari kedua perguruan tinggi tersebut menyimpulkan bahwa banyak yang menjumpai perubahan dari masa ke masa seperti kelebihan dan kekurangan tari tradisional. Mungkin perubahan ini terjadi dikarenakan oleh kebutuhan kreatif atau karena sudah tidak lagi dijumpai orang sebagai narasumber yang menjadi bahan penelitian tersebut.

Sehingga ada upaya yang dilakukan oleh para mahasisiwa tersebut untuk mencari alternatif baru. Sudah barang tentu mengharapkan adanya kontunitas. Oleh karena hal tersebut, maka para koreografer dan peneliti saling bahu membahu drasa perlu untuk mencari kejelasan dari penyebab perubahannya.

Golongan Tari

KRMT Sanyoto Soetopo Koesoemoatmodjo salah seorang tokoh mangkunegara yang memiliki gagasan untuk menggalai kembali langenpraja yasan pengeran sambernyawa (tari ciptaan samber nyawa), tarian tersebut adalah : bedhoyo anglir mendung (tari mendung). Pada tahun 1981 ide tersebut diteruskan pada R. Moelyono Sastronaryatmo untuk melacak tarian tersebut. Peneltian tersebut dimulai dengan bekal sebuah tulisan dari ronggo borjopamilih yang tersimpan di perpustakaan Rekso Pustoko Mangkunegaran.

Pencipta, Pemain, Busana, dan Properti

Dari hasil penelitian yang dilaksanakan oleh R. Moelyono Sastroyatmo seorang petugas lembaga pengembangan bahasa Indonesia dan sasra daerah depdikbud, bedhoyo aglir mendung dapat dipasikan diciptakan oleh P. Sambernyawa,

seni tari ini dipentaskan oleh 7 orang penari remaja putri dan para penabuh gamelan semuanya dilakukan oleh wanita, sedangkan tari ini yang ditarikan oleh 3 orang remaja putri adalah versi penyaji dan mangkunegara III. Dan ketujuh penari tersebut didapati susunan tari (tata rakit) sebagai berikut : batak (kepala), gulu, dada, buncit, endel ajeg, apit winging, dan apit meneng.

Demikian ulasan yang dapat saya sampaikan mengenai tari mendung dan penjelasannya semoga dapat membantu dan menambah wawsan kita semua. Dan terima kasih anda telah menyempatkan waktu untuk membaca artikel ini.